Blog ini ditujukan kepada seluruh ummat Islam yang cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Para Sahabat RA, Auliya', Habaib, Ulama', dan sejarah kebudayaan Islam.
Tampilkan postingan dengan label Keteladanan Kiai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keteladanan Kiai. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Januari 2012

Semaan Qur’an Gagasan KH Abdullah Umar Semarang

Sema’an Quran di Masjid Kauman Berusia 30 Tahun

Puluhan tahun yang lalu, KH Abdullah Umar, salah satu ulama besar Semarang, yang masih keturunan dari Sunan Kudus, menggagas kegiatan sema’an Quran di Masjid Kauman. Dari tahun ke tahun, jemaah yang mengikutinya semakin bertambah.

Suhu udara di Kota Semarang siang kemarin (2/9) cukup menyengat. Panas terik tentu menjadi salah satu godaan bagi umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Kondisi tubuh cukup terkuras, meski beduk Magrib masih beberapa jam lagi. Namun, kondisi ini tidak menyurutkan niat ratusan warga Semarang dan sekitarnya untuk mendatangi Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman.

Setiap bulan Ramadan, mereka seperti ingin melepas kerinduan mendengar sema’an tafsir-tafsir Alquran yang disampaikan dalam bahasa Jawa di masjid Kauman. Abdul Wahid, sekretaris takmir Masjid Kauman menjelaskan, sema’an tafsir dalam bahasa Jawa tersebut kini dipimpin oleh KH Akhmad Naqib, penerus gagasan KH Abdullah Umar. Tak terasa, 30 tahun sudah usia kegiatan yang digelar di sela umat sedang menjalankan puasa itu.

“Kami rutin setiap tahun menyelenggarakannya. Dan jemaah yang mengikuti kini juga berasal dari luar kota,” tutur Wahid. Dalam sehari, biasanya Akhmad Naqib membaca sema’an sebanyak satu juz lebih. Sehingga seluruh isi Alquran bisa selesai ditafsirkan kurang dari sebulan atau sebelum Ramadan berlalu. Wahid tak merasa takjub dengan kehadiran umat muslim yang berbondong-bondong mendatangi Masjid Kauman setiap bulan Ramadhan untuk mendengarkan tafsir yang disampaikan Akhmad Naqib tersebut. Ia mendengar pengakuan para jemaah yang rata-rata merasakan cocok dengan tafsir yang disampaikan dalam bahasa Jawa serta mengadopsi contoh-contoh sikap ‘lelakon’ keseharian masyarakat ini. “Mereka mengaku mendapatkan pencerahan baik batin maupun pikir di tengah himpitan kondisi yang ada,” tuturnya.

Setiap ayat, jelasnya, mampu dikupas dan dijabarkan maksud dan tujuannya dengan bahasa yang lugas dan enak. Sehingga menjadikan segalanya mudah dipahami, meski untuk konteks kehidupan umat manusia terkini. Tak heran bilan jemaah sema’an Alquran di Masjid Kauman ini berasal dari golonga atau strata di masyarakat. Ada di antaranya masyarakat strata ekonomi bawah, kelompok berpendidikan, dan mereka yang ingin mendalami tafsir. “Apa yang dituturkan dalam sema’an ayat demi ayat ini?sangat luwes dan mudah diterima,” ungkapnya, Tak heran jika pengunjung tidak hanya berasal dari Kota Semarang. Tapi mereka juga datang dari daerah di sekitar Kota Semarang. Namun juga datang dari Kendal, Ungaran, Demak, Salatiga dan Grobogan.

“Mereka umumnya mengetahui kegiatan ini secara turun temurun. Ada yang dulu diajak kakek dan neneknya, atau kerabat lainnya,” imbuh Wahid. Sementara menurut pengasuh sema’an Alquran Masjid Besar Kauman,_KH Akhmad Naqib, asal mula sema’an ini merupakan kiat para ulama Semarang, yang dulu menginginkan agar kitab suci agama Islam ini tak hanya sekedar dibaca dan dihafalkan. Namun juga dipahami, dimengerti maksudnya dan diamalkan dalam kehidupan manusia di dunia. Sehingga tuntunan Allah SWT ini menjadi satu-satunya pedoman dalam bersikap. Sema’an, jelasnya, berasal dari kata semak atau menyimak. Maksudnya, peserta pengajian mendengarkan bacaan Alquran beserta tafsirnya. Dengan bantuan penutur yang bisa menerjemahkan tafsir dalam bahasa Jawa, maka maksud dan isi surat yang dibacakan tersebut akan mudah dipahami para jemaah peserta. Setiap hari, lanjut Naqib, kegiatan sema’an di masjid Besar Kauman dilaksanakan usai salat Duhur hingga menjelang salat Ashar. Yang lebih khas lagi, adalah suasana yang dibangun selama hampir tiga jam sema’an ini berlangsung.

Sebagai penutur yang Al-hafid atau hafal Alquran, KH Akhmad Naqib tidak perlu berada di atas mimbar atau tempat khusus. Namun cukup menyampaikan sambil bersila di tengah dan dikelilingi para jamaah peserta sema’an. Sehingga kegiatan ini lebih mirip suasan pendongeng yang dikelilingi ratusan pendengar. Berdasarkan catatan Masjid Kauman, kegiatan sema’an ini, telah berlangsung turun temurun sejak tahun 70 lalu. KH Akhmad Naqib yang kini menjadi pengasuh, merupakan generasi kedua, setelah KH Abdullah Umar, ulama besar Semarang penggagas kegiatan ini wafat beberapa tahun yang lalu. [Partono,JP]

Senin, 09 Januari 2012

Tafsir Al Ibriz Di Ralat Pengarangnya Sesaat Setelah Wafat

KH. Bisri Mustofa dikenal sebagai seorang kiai pengarang yang menulis beberapa buah kitab, khususnya dalam Bahasa Jawa, di antaranya (yang cukup terkenal) adalah Tafsîr al-Ibrîz. Selain dikenal sebagai seorang kiai penulis, pengasuh Pondok Pesantren Leteh Rembang ini juga dikenal sebagai seorang orator dan politikus.

Sepeninggal KH. Bisri, KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus (puteranya) mengaku mengalami suatu kejadian menarik yang sulit diterima akal pada umumnya.[1] Diceritakan, Gus Mus kedatangan seorang tamu dari Cirebon (nama tidak dicatat) yang menyampaikan pesan KH. Bisri kepada dirinya.

“Anda Gus Mus?” tanya tamu dari Cirebon itu.

“Ya, saya Mustofa,” jawab Gus Mus.

Orang itu kemudian menyampaikan pesan yang baru saja diterimanya dari KH. Bisri Mustofa menyangkut karya besar dia, Tafsîr al-Ibrîz.

“Kiai Bisri berpesan agar Anda mengoreksi surat al-Fath karena di situ ada sedikit kesalahan.”

“Kapan Anda ketemu dia?”

“Kemarin, di Cirebon.”

Ketika Gus Mus memberi tahu bahwa KH. Bisri telah meninggal hampir empat puluh hari yang lalu, orang itu amat terkejut dan lunglai.

Sesudah itu, Gus Mus segera datang ke Kudus, menemui KH. Abu Amar dan KH. Arwani[2] yang dipercaya Penerbit Menara Kudus sebagai pen-tashhîh (korektor). Informasi yang disampaikan orang dari Cirebon itu benar: ternyata, dalam surat al-Fath terdapat satu kesalahan (kecil) yang lolos dalam beberapa kali (koreksi). Dalam ayat ke-18 yang seharusnya berbunyi laqad radhiyallâhu ‘anil mu’minîna …, tertulis laqad radhiyallâhu ‘alal mu’minîna …

Pengalaman yang sama juga dialami Gus Mus. Bedanya, yang kedua ini—yang juga dari Cirebon—datang untuk menyampaikan pesan KH. Bisri agar dirinya melanjutkan karya dia yang belum sempat diselesaikan.

“Anda ketemu sendiri?” tanya Gus Mus.

“Ya, saya ketemu sendiri di Cirebon,” tutur orang itu kepada Gus Mus. Keterkejutan yang sama juga dialami orang itu manakala diberi penjelasan bahwa KH. Bisri Mustofa sudah wafat.

Pengalaman aneh di atas seakan mempertegas kebenaran firman Allah: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan, mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran [3]: 169) “Di jalan Allah” bukan berarti harus berperang. Sebaliknya, menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam juga masuk dalam kategori itu.

===================

Diambil dari: Samsul Munir AMin, Karomah Para Kiai, Yogyakarta: Pustaka Pesantren 2009

Sumber : http://warkopmbahlalar.com/tafsir-al-ibriz-di-ralat-pengarangnya-sesaat-setelah-wafat/

Senin, 05 Desember 2011

Mimpi Kyai Hamim dan Dzikir Haddad

Mimpi seseorang kadangkala menjadi isyarat dalam kehidupan nyata, apalagi dialami oleh seorang ulama pasti membawa hikmah atau sebuah isyarat, hanya Allah yang Maha Tahu, sedangkan manusia tidak bisa memastikannya. Tetapi dari mimpi beliau, melahirkan sesuatu yang bermanfaat.



Pada suatu malam KH. Hamim ini bercerita seputar mimpi yang dialaminya kepada keluarganya. Katanya, ia seolah berjalan di pematang sawah bersama dua orang kyai yang mendampinginya.



Kyai yang pertama adalah KH. Siradj (kakek dari Prof. DR. Aqil Siradj) dari Pesantren Gedongan dan satunya lagi oleh KH. Dahlan dari Pesantren Benda Kerep. Ketiga Kiai ini memang memiliki hubungan keluarga yang amat dekat. KH. Hamim merupakan keponakan KH. Ahmad Said dari Pesantren Gedongan. KH. Ahmad Said hidup sezaman dengan KH. Abdul Djamil, Hadratus syekh KH. Hasyim Asy`ari dan Mbah Cholil Madura. Sementara KH. Siradj adalah putra dari KH. Ahmad Said.



Dalam mpimpinya ini, saat menikmati perjalanan meniti pematang sawah itu tiba-tiba KH. Hamim terpeleset kakinya dan terjatuh ke sawah. Anehnya, pada saat yang bersamaan kedua kyai yang mengiringinya itu ikut terpeset. Baik KH. Siradj maupun KH. Dahlan hampir berbarengan jatuhnya. Walhasil, ketiganya tercebur ke sawah. Itulah isi cerita yang dialami KH. Khamim seperti dituturkan kepada keluarganya.



Jika mimpi adalah tanda-tanda, maka tanda-tanda itu menjadi kenyataan selang beberapa hari kemudian. KH. Hamim benar-benar menderita sakit sampai akhirnya wafat. Pada hari wafatnya itu, Buntet Pesantren banyak sekali dikunjungi para tamu yang bertakziyah, terlebih keluarga besar dari pesantren Gedongan tumpah ruah ke Buntet. Hadir juga pada hari itu Habib Ali yang amat masyhur karomahnya dari Jatibarang Brebes. Jenazah Almarhum KH. Hamim dimandikan oleh KH. Ma`sum dan KH. Dimyati serta dishalatkan di Masjid Jami` Buntet Pesantren.



Seperti biasanya para ulama dan warga Buntet begitu selesai shalat, kemudian ada dzikir dan isyhad. Rupanya kepergian KH. Hamim ini menjadi perhatian banyak kalangan sebab yang hadir bukan saja dari Buntet tetapi dari keluarga besar Gedongan ikut hadir. Selesai shalat jenazah, Habib Ali dari Jatibarang memimpin pembacaan dzikir yang berbeda dari biasanya, tetapi amat menarik perhatian seluruh kiai dan warga Buntet. Dalam suasana duka dan hidmat dzikir itu dikumandangkan amat menyentuh rasa keimanan. Ajaran tauhid pada bait-baitnya menggugah dan menimbulkan kesadaran betapa fana dan rapuhnya seorang makhluq di hadapan Sang Khaliq. Lafadz demi lafadz dibacakan oleh Habib Ali membuat terkesima seluruh jama`ah.



Salah seorang kiai Buntet pada waktu itu, KH. Akyas Abdul Djamil sangat tertarik dengan dzikir tersebut. Beliau kemudian minta ijazah kepada Habib Ali untuk mengamalkannya. Hingga saat ini dzikir tersebut dikenal dengan “Dzikir Haddad” yang selalu dibacakan oleh KH. Abdullah Syifa putra dari KH. Akyas Abdul Djamil setiap selesai shalat jenazah bagi warga Buntet Pesantren.



Namun tiba-tiba belum selesai prosesi pengurusan jenazah kyai Hamim ini, ada berita yang amat mengejutkan yaitu wafatnya KH. Siradj Gedongan. Padahal keluarga besar Gedongan masih ta`ziah di Buntet. Suasana panik penuh haru menyelimuti keluarga Buntet dan Gedongan. Selang beberapa jam kemudian, ada lagi satu berita duka datangnya dari daerah Benda Kerep bahwa KH. Dahlan wafat. Innalillah wa innaa ilihi rajiun dalam satu hari ada 3 kiai bersaudara wafat bersamaan persis seperti yang dituturkan KH. Khamim dalam mimpinya, di mana beliau berjalan di sawah dan ketiganya jatuh bersamaan.



Semoga Allah memulyakan tiga orang Kiai yang bersaudara itu dan semoga pula Allah memperkokoh ikatan persaudaraan bagi keturunan-keturunannya. Amin. Wallahu a`lam. (Drs. H. Dhabas Rakhmat)

Minggu, 20 November 2011

Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh

Ketua Umum Jamiyyah Ahlut Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah Habib Lutfi bin Yahya mengaku tidak bisa menyimpulkan apakah Gus Dur wali atau bukan, tetapi ia yakin Gus Dur orang yang sholeh.

“Yang tahu wali hanya wali dan saya husnudhon billah beliau orang yang sholeh,” katanya seusai memberi tausiyah Maulid Nabi yang diselenggarakan Ansor NU Kamis (17/2) malam lalu.

Ia menjelaskan, kesalehan atau kewalian seseorang tidak bisa diukur atau dibandingkan layaknya emas berapa karat.

“Sholeh ya sholeh, kesalehan seseorang tidak bisa kita ukur, apalagi keauliaan. Tinggal prasangka baik kita, apalagi Gus Dur yang sudah berbuat untuk umat ini, untuk bangsa ini,” tandasnya.

Bagi banyak orang, Habib Lutfi sendiri dianggap sebagai wali, entah benar atau salah, tetapi dalam setiap pengajian yang dihadirinya, massa selalu berusaha memberi hormat kepadanya dengan mencium tangannya.

Dalam Munas Jatman yang dihadiri oleh Presiden SBY, yang berlangsung Juni, 2008 lalu di Asrama Haji Pondok Gede, para tukang foto mengeluh jualannya tidak laku untuk pose-pose yang berdampingan dengan Presiden sebagaimana biasanya. Para peserta ternyata lebih memilih berfoto bersama Habib Lutfi. Ia lebih dihormati daripada pejabat tertinggi negara. (mkf)

Tuan Guru Turmudzi Uji Kewalian Gus Dur

Ulama terkemuka dari Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Turmudzi Badruddin merupakan sahabat Gus Dur, dan orang yang sangat mempercayai kewalian Gus Dur, bahkan, ia sempat menguji, apakah Gus Dur termasuk wali atau bukan.

Bagaimana ia menguji kewalian Gus Dur? Kisahnya bermula ketika Gus Dur meninggal dunia. Berita meninggalnya Gus Dur sekitar pukul 7 malam 30 Desember 2011 itu dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan seluruh masyarakat pun terkejut akan kejadian tersebut.

Ia bersama dengan rombongan malam itu pun langsung mencari tiket untuk penerbangan esok hari ke Surabaya untuk mengikuti pemakaman Gus Dur di Jombang. Kebetulan sekali, tibanya pesawat jenazah Gus Dur dari Jakarta dan penerbangan dari NTB hampir berbarengan.

Dengan pengawalan, jenazah Gus Dur bisa melaju cepat dari Surabaya ke Jombang, sementara ia mengikuti dari belakang rombongan tersebut.

Sayangnya, begitu memasuki Jombang mobil rombongan yang ditumpangi ketinggalan jauh dari mobil jenazah Gus Dur karena tumpah ruahnya para peziarah yang memasuki Jombang.

Kemacetan pun sangat parah, mobil-mobil semuanya menuju pesantren Tebuireng, untuk mengikuti prosesi pemakaman. Karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa, ia pun mengajak teman-temannya berdoa.

“Mari kita baca surat Alfatihah, jika Gus Dur benar-benar wali, maka kita akan diberi kemudahan,” katanya ketika berbincang dengan NU Online disela-sela rapat pleno PBNU di kompleks pesantren Krapyak Yogyakarta.

Tiba-tiba saja, terdapat motor pengawalan (forider), yang memintanya untuk cepat-cepat bergerak sehingga ia dengan lancar dapat memasuki kompleks pesantren dengan gampang dan setelah itu, motor pengawal tersebut pun menghilang. (mkf)

Sumber : NU Online

Ulama Terbesar Saudi pun Hormati Gus Dur

Ulama yang sangat dihormati di Saudi Arabia, dalam satu negara yang menganut faham Wahabi, Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, yang muridnya tersebar di seluruh dunia, memberi penghormatan pribadi kepada Gus Dur ketika berkunjung ke kediamannya.

Besarnya pengaruh ulama yang mendalami mazhab Maliki ini telah berlangsung sejak dahulu. Lima orang kakek pendahulunya merupakan pemuka mazhab Imam Maliki di Makkah. Raja Saudi Arabia Faishal, tak akan membuat kebijakan terkait dengan Masjidil Haram sebelum berkonsultasi dengannya.

Ia belajar di Al Azhar Mesir dan memperoleh gelar Doktor pada usia 25 tahun, yang merupakan orang Saudi pertama yang mencapai gelar akademik tertinggi pada usia termuda. Sebagai seorang akademisi, ia telah mengarang lebih dari 100 kitab. Muridnya tersebar di seluruh dunia, terutama berasal dari Indonesia, Malaysia, Mesir, Yaman dan Dubai. Mereka yang belajar di pesantrennya difasilitasi penuh olehnya.

Alawi Al Maliki meninggal tahun 2004 dan upacara penguburannya merupakan yang terbesar dalam 100 tahun belakangan. Radio Arab Saudi selama tiga hari penuh hanya memutar al Qur’an untuk menghormatinya.

Ayahnya, Sayid Alwi Al Maliki adalah guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Dia juga pernah menjadi guru besar di Masjidil Haram pada 1930-an dan 40-an dan merupakan ulama terbesar pada zamannya. Banyak ulama sepuh dari Nahdlatul Ulama yang menimba ilmu dari Sayid Alwi Al-Maliki yang merupakan ahli hadist.

Penghormatan kepada Gus Dur, yang waktu itu masih menjabat sebagai ketua umum PBNU, oleh orang terhormat ini dituturkan oleh KH Said Aqil Siroj, yang waktu itu menemaninya bersama Ghofar Rahman, sekjen Gus Dur dalam satu kunjungan ke Mekkah.

Sebagai ulama terkemuka, Sayyid Maliki selalu dikunjungi oleh tamu dari berbagai negara. Waktu Gus Dur datang ke kediamannya, di ruang tamu sudah banyak sekali orang yang mengantri.

Begitu Gus Dur datang, ia langsung dipersilahkan masuk, bahkan diajak berbincang di kamar tidur pribadinya, bukan di ruang tamu. Gus Dur dikasih uang, arloji mewah dan barang berharga lainnya sebagai tanda penghormatan.

Dalam pertemuan tersebut, Kiai Said mengggambarkan, “Begitu hormatnya mereka berdua. Dan mereka bukan orang sembarangan,” (mkf)

Sumber : NU Online

Syeikh Yasin Padang Layani Sendiri Gus Dur

Syeikh Yasin Padang, salah satu ulama keturunan Indonesia yang yang menjadi benteng ajaran ahlusunnah wal jamaah merupakan ulama yang sangat dihormati di dunia. Ulama ini juga sangat dihormati oleh warga NU.

Bernama lengkap Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani lahir di kota Makkah pada tahun 1915 dan wafat pada tahun 1990. Ia adalah Muhaddits, Faqih, ahli tasawwuf dan kepala Madrasah Darul-Ulum, yang siswanya banyak berasal dari Indonesia.

Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul Fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang ilmu-ilmu yang lain.

Ia memiliki gaya hidup yang sangat sederhana, hanya menggunakan kaos dan sarung dan sering nongkrong di “Gahwaji” untuk Nyisyah (menghisap rokok arab)… tak seorangpun yang berani mencelanya karena kekayaan ilmu yang dimiliki

Pada muktamar NU tahun 1979, ia datang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan kunjungan ke sejumlah pesantren, yang dihadiri oleh ribuan warga NU yang ingin bertemu langsung dengannya.

Ia juga dikenal memiliki banyak kekeramatan. Diantara cerita yang beredar soal kekeramatannya adalah Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah Syeikh Yasin Pada hari Jumat. Ketika Azan Jumat dikumandangkan, Syeikh Yasin masih saja di rumah, akhirnya Zakariyya keluar dan sholat di masjid terdekat. Seusai sholat Jum’at, ia menemui seorang kawan, Zakariyyapun bercerita pada temannya bahwa Syeikh Yasin ra. tidak sholat Jum’at. Namun dibantah oleh temannya karena kata temannya, “kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau”…

HM Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syeikh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap dengan tembakau dari buah-buahan/rokok tradisi bangsa Arab). Setalah dibikinkan dan Syeikh mulai meminum teh, ia keluar menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syeikh Yasin baru pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab… saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.

Dikisahkan ketika KH Abdul Hamid di Jakarta sedang mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, ia menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya… malam hari itu juga, ia menerima sepucuk surat dari Syeikh Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. Iapun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan KH Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!

Kisah hubungan antara Syeikh Yasin Padang dan Gus Dur juga diungkapkan oleh KH Said Aqil Siroj. Dalam satu kunjungan ke Arab Saudi, Gus Dur menyempatkan diri singgah ke rumah Syeikh Yasin.

Dalam pertemuan tersebut, Gus Dur mendapat penghormatan yang luar biasa, meskipun usianya lebih muda, Syeikh Yasin melayani sendiri Gus Dur, mengambilkan air, kurma dan lainnya, tidak boleh dilayani oleh para pembantunya.

Kiai Said juga mendapat sejumlah cerita soal karomah Syeikh Yasin. Ketika sedang makan siang, ada ustadz anak buahnya, namanya Abdurrahim dari Kupang, keluar ruangan, tiba-tiba Syeikh Yasin bilang, Abdurrahim diiringin malaikat, “E.. jam enam sore mati,” katanya.

Waktu Irak mau nyerang Kuwait, Syeikh Yasin tiba-tiba kemringet, ditanya sama Tantowi Musaddad, “Darimana?”, “Dari Kuwait, lihat bangkai dan darah,”

“Ini tanda kewaliannya Syeikh Yasin, orang kayak gitu dengan Gus Dur hormat dan memberi perlakukan istimewa, padahal juga sudah sepuh banget,” tandasnya. (mkf)

Sumber : NU Online

Jumat, 19 Agustus 2011

BERCANDA JADI SUNGGUHAN (Keteladanan Kyai Hamid)

Kyai Hamid, adalah salah satu dari beberapa wali (kekasih) Allah SWT yang pernah menjadi sumber rujukan penduduk Pasuruan untuk menyelesaikan berbagai problema kehidupan. Beliau sangat menjaga sopan santun kapanpun, dimanapun, dan di hadapan siapapun. Beliau sangat mencotoh perilaku (Akhlaq) nabi besar Muhammad SAW. Maka tak ayal jika beliau adalah menjadi makhluk pilihan Allah SWT, serta mendapatkan gelar waliyullah (kekasih Allah). “Apabila seseorang telah menjadi kekasih Allah, maka segala kebutuhannya akan di penuhi oleh Allah SWT. Dan juga, kalau berdo’a, bisa melihat Ar’s (dalam artian, bisa langsung di kabulkan oleh Allah)”tutur salah satu Ulama’. Jadi apabila beliau berdo’a maka besar kemungkinan langsung di sembadani (diterima) oleh Allah. Sehubungan dengan sering terkabulnya do’a beliau (KH. Hamid), ada satu cerita menarik yang patut kita simak.

Pada suatu hari KH. Bisri Musthofa, ayah dari KH. Musthofa Bisri atau yang biasa dipanggil Gus Mus, Rembang-Jawa Tengah, sowan (berkunjung) di kediaman kyai Hamid. Setelah sampai di depan rumah (Teras) kyai Hamid. Seperti biasa, beliau langsung duduk menunggu kyai Hamid miyos (keluar). Karena kyai Hamid tak kunjung keluar dari kediamannya, dala hatinya kyai Bisri Musthofa berguman “Ya Allah, ya Allah….! kate ketemu waline Allah ae ora metu-metu. Pancen awak iki ake dusone-ake dusone” (ya Allah, ya Allah, mau bertemu dengan seorang wali saja tidak kunjung keluar, memang aku ini banyak dosanya-banyak dosanya). Setelah berkata demikian kyai Hamid keluar dan berkata: “ah . . . ojo ngono a . . . kang . . .!” )ah . . . jangan begitu kang…!). Lalu setelah saling berjabat tangan keduanya bercanda gurau. Karena memang kyai Bisri sendiri suka bercanda dan kalau ngomong juga suka nglantur. “Kyai do’akan saya agar bisa punya mobil dong!” ucap kyai Bisri di sela-sela berguraunya dengan kyai Hamid. Tapi kyai Hamid menganggap permintaannya sebagai permintaan yang serius. “ Al-Fatihah ala niat kyai Bisri, Al-Faatihah . . .” Ucap kyai Hamid yang sertelah itu langsung dilanjutkan berdo’a dan juga diamini oleh Kyai Bisri. “kyai, tadi panjenengan (anda) berdo’a mereknya apa?” tanya kyai Bisri dengan nada bergurau, dan dengan niat menggoda kyai Hamid. “kalau tidak FIAT ya HOLDEN” jawab kyai Hamid enteng. Tapi jawaban tersebut serius. Lalu setelah banyak ngobrol dan bercanda kyai Bisri pun berpamitan untuk pulang.

Selang beberapa hari, kyai Bisri mempunyai uang yang cukup untuk membeli mobil. Lalu menyuruh anaknya (Gus Mus) untuk mencari (membeli) mobil di Surabaya. Sang anakpun menyanggupi. Setelah mencari, ternyata setelah di periksa oleh Gus Mus, beliau cocok dengan mobil yang bermerek HOLDEN. Setelah di bawa pulang oleh Gus Mus, Kyai Bisri bertanya “loh kok HOLDEN nak?”. “Ya bah, yang bagus hanya ini,” jawab Gus Mus enteng. “Ikiloh merkke Mbah Hamid” (iniloh merknya kyai Hamid, kenang kyai Bisri sambil sedikit tertawa sewaktu mengisi acara pada peringatan haul dari kyai Hamid yang ke-27 pada tanggal 7 Maret kemarin . Semua di atas mungkin adalah min karomati kyai hamid, yang mana bercandapun bisa menjadi sungguhan, subhanallah………!(Hadi)

Sumber : K.H. Musthoga Bisri, Rembang, Jawa Tengah (pada waktu peringatan Haul ke-27 Kyai Hamid).
sumber:http://salafiyah.org/beranda/51-kyai-hamid/361-bercanda-jadi-sungguhan.html

Rabu, 29 Juni 2011

KETIKA KYAI SALING NYANTRI

Adalah dua orang Kiai di Tanah Jawa yang sangat terkenal kealimannya pada awal abad ke-20, yaitu Kiai Cholil Bangkalan (wafat 1925) yang merupakan gurunya kiai setanah Jawa bahkan se Nusantara. Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah adalah di antara para muridnya. Selain itu ada Kiai Muhammad Dahlan Jampes Kediri, seorang waliyullah yang menjadi guru para Kiai sezamannya dan yang menurunkan seorang ulama besar yaitu Kiai Ihsan Jampes penulis beberapa kitab seperti Sirajut Thalibin dan Manahijul Imdad yang terkenal di seluruh dunia.

Sebagai seorang ulama, maka semakin tinggi ilmunya semakin tawadlu sikapnya, walaupun usianya sudah lanjut dan kealimannya diakui semua ulama, maka tidak ada halangan bagi Kiai Dahlan untuk nyantri pada Kiai Cholil di Bangkalan Madura. Meski telah belajar ke berbagai kiai terkemuka di seluruh pesantren di tanah Jawa, tetapi rasanya kurang lengkap bagi Kiai Dahlan kalau tidak berguru kepada kiai Cholil dan ingin diakui sebagai murid dari waliyullah ini.

Dengan meninggalkan pesantren dan santrinya berangkatlah Kiai Dahlan ke Bangkalan untuk nyantri kepada Kiai Cholil. Di sana diterima sebagai santri biasa, sehingga sempat menghuni pesantren itu beberapa bulan. Setelah beberapa bulan berlangsung Kiai Cholil berkata kepada Kiai Dahlan agar segera pulang, sebab semua ilmu yang dimiliki sudah habis sudah diajarkan semua. Sebagai ketaatan pada guru maka setelah memperoleh ijazah dari Kiai kharismatik tersebut maka pulanglah Kiai Dahlan ke Pesantrennya, kembali mengajar para santri.

Betapa kagetnya Kiai Dahlan selang beberapa bulan kemudian Kiai Cholil datang ke pesantren Jampes Kediri dengan niat untuk berguru menjadi santri Kiai Dahlan, sebab ada beberapa ilmu penting yang belum dikaji Kiai Cholil dan ilmu itu hanya dimiliki Kiai Dahlan.

Setelah terjadi perbincangan lama, maka diterimalah Kiai Cholil sebagai santri mengkaji beberapa disiplin keilmuan di bawah bimbingan Kiai Dahlan. Hubungan keduanya menjadi berbalik yang semula kiai Cholil menjadi guru sekarang diperlakukan sebagai muridnya. Sementara Kiai Dahlan menjadi gurunya dan bertindak sebagai guru.

Setelah beberapa bulan belajar di pesantren itu, maka Kiai Dahlan memangggil Kiai Cholil dan mengatakan bahwa saat ini jumlah santri baru yang mendaftar semakin banyak, sehingga kamar pondok tidak lagi mencukupi, karena itu Kiai Cholil dipersilahkan agar segera pulang biar kamarnya bisa untuk menampung santri baru. Setelah memproleh ijazah dari Kiai Dahlan, maka pulanglah Kiai Cholil Bangkalan ke Pesantrennya di Bangkalan.

Dalam tradisi pesantren mencari ilmu memang tidak ada batasnya, meski telah lanjut usia, meski telah berada di puncak ketenaran. Bagi para ulama ilmu bukanlah popularitas, tetapi sarana menuju ketakwaan. Ilmu yang tidak menambah ketakwaan hanyalah kehampaan, ilmu yang mendekatkan kepada Allah adalah ilmu yang benar-benar manfaat, migunani, karena itu akan terus dicari sepanjang hayat. (Abdul Mun’im DZ – Diceritakan Gus Irfan Masruhin, keluarga Kiai Ihsan Dahlan Jampes Kediri)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons