Blog ini ditujukan kepada seluruh ummat Islam yang cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Para Sahabat RA, Auliya', Habaib, Ulama', dan sejarah kebudayaan Islam.
Tampilkan postingan dengan label ahlul bait. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ahlul bait. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Desember 2011

Peristiwa-peristiwa alam saat dan sesudah Imam Husein (as) terbunuh

Dalam Sunan Al-Baihaqi 3: 337, hadis ke 6352:
Abu Qubail berkata: “Ketika Al-Husein bin Ali (as) terbunuh, terjadi gerhana matahari dan semua bintang nampak di siang hari, sehingga kami mengira hal itu terjadi demikian.” (juga dalam Majma’ Az-Zawaid 9: 197).



Dalam Tahdzib At-Tahdzib 2: 354, hadis ke 615:
Khalaf bin Khalifah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, langit menghitam dan bintang-bintang nampak di siang hari.”

Dalam Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu hajar: 116, hadis ke 30:
“Terjadi gerhana matahari sehingga bintang-bintang nampak di siang hari, manusia mengira bahwa kiamat akan segera terjadi.”

Dalam Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145:
Ummu Salim berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh, turun hujan seperti darah ke rumah-rumah kami…”

Ummu Salamah berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh turun hujan darah kepada kami.”

Dalam tafsir Ibnu Jarir 25: 740, hadis ke 31120, tentang firman Allah:
“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka” (Ad-Dukhkhan: 29): As-Sudi berkata: “Ketika Husein bin Ali (as) terbunuh, langit menangisinya, tangisannya adalah kemerah-merahannya.”

Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang firman Allah:
“Rasa kasih sayang yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian, dan ia adalah seorang yang bertakwa,” (Maryam: 13): Qurrah berkata: “Langit tidak pernah menangisi siapapun kecuali Yahya bin Zakariya dan Husein bin Ali (as), dan tangisannya adalah kemerah-merahannya.”

Dalam tafsir Ad-Durrul Mantsur, Jalaluddin As-Suyuthi, tentang surat Ad-Dukhkhan, 29:
Ibrahim berkata: “Langit tidak pernah menangis sejak dunia diciptakan kecuali atas dua orang. Tahukah kamu tangisan langit? Ia menjawab: Tidak. Tangisan langit adalah berwarna kemerah-merahan dan nampak seperti asap. Sungguh ketikaYahya bin Zakiya (as) terbunuh langit memerah dan meneteskan darah, dan sungguh ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah. Zaid bin Ziyad berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh ufuk-ufuk langit memerah selama empat bulan.”

Dalam Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, 2: 276, hadis ke 193:
Dari Hisyam dari Muhammad, ia berkata: Tidakkah kamu melihat ufuk-ufuk langit berwarna kemerahan-merahan saat Al-Husein (as) terbunuh…”

Riwayat-riwayat ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37.
2. Majmaj Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 197. Jamil bin Zaid berkata: “Ketika Al-Husein (as) terbunuh langit memerah.” Aku berkata: Mana bukti yang kamu katakan itu? Ia menjawab: “Sungguh pendusta itu adalah munafik, karena sesungguhnya langit itu memerah saat Al-Husein (as) terbunuh.” Riwayat ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
3. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 1 halaman 196.
4. Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 116, hadis ke 30.
5. Tahdzib At-Thahdzib, Ibnu Hajar, jilid 2 halaman 354, hadis ke 615.
6. Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 145.
7. Faydh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 1 halaman 240.
Wassalam
Syamsuri Rifai

Kisah Nabi Khidir Dalam Kitab Allamah Ibnu Hajar al Asqalani

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitab Tafsir: .Bercerita kepadaku ayahku, yang didengarnya dari Abdul Aziz Al-Ausiy, dari Ali bin Abu Ali, dari Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain, dari ayahnya, katanya Ali bin Abi Talib berkata: .Ketika wafat Rasulullah SAW, datanglah ucapan takziah.
 Datang kepada mereka (keluarga Nabi SAW) orang yang memberi takziah. Mereka mendengar orang memberi takziah tetapi tidak melihat orangnya. Bunyi suara itu begini :
.Assalamu Alaikum Ahlal Bait Warahmatullahi Wabarakatuh. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanyasanya disempurnakan pahala kamu pada hari kiamat. Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah bagi setiap musibah, bagi Allah ada pengganti setiap ada yang binasa, begitu juga menemukan bagi setiap yang hilang. Kepada Allah-lah kamu berpegang dan kepada-Nya mengharap. Sesungguhnya orang yang diberi musibah adalah yang diberi ganjaran pahala..

Berkata Imam Ja'far as Shadiq : .Bercerita kepadaku ayahku bahawa Ali bin Abi Talib ada berkata : .Tahukah kamu siapa ini? Ini adalah suara Nabi Khidir.. Berkata Muhammad bin Ja'far : .Adalah ayahku, yaitu Ja'far bin Muhammad, menyebutkan tentang riwayat dari ayahnya, dari datuknya, dari Imam Ali bin Abi Talib bahawa datang ke rumahnya satu rombongan kaum Quraisy kemudian dia berkata kepada mereka: .Maukah kamu aku ceritakan kepada kamu tentang Abul Qasim (Muhammad SAW)?. Kaum Quraisy itu menjawab: .Tentu saja mau..
Imam Ali bin Abi Talib berkata: .Jibril Alaihis salam pernah berkata kepada Rasulullah SAW :
.Selamat sejahtera ke atas kamu wahai Ahmad. Inilah akhir watanku (negeriku) di bumi. Sesungguhnya hanya engkaulah hajatku di dunia.. Maka tatkala Rasulullah SAW wafat, datanglah orang yang memberi takziah, mereka mendengarnya tetapi tidak melihat orangnya. Orang yang memberi takziah itu berkata: .Selamat sejahtera ke atas kamu wahai ahli bait. Sesungguhnya pada agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, dan bagi Allah ada yang menggantikan setiap ada yang binasa. Maka kepada Allah-lah kamu berpegang dan kepada-Nya mengharap. Sesungguhnya orang yang diberi musibah adalah yang diberi ganjaran pahala.. Mendengar yang demikian Imam Ali bin Abi Talib berkata: .Tahukah kamu siapa yang datang itu? Itu adalah Khidir..

Berkata Saif bin Amr At-Tamimi dalam kitabnya Ar-Riddah, yang diterimanya dari Said bin Abdullah, dari Ibnu Umar mengatakan: .Ketika wafat Rasulullah SAW, datanglah Abu Bakar ke rumah Rasulullah. Ketika beliau melihat jenazah Rasulullah SAW, beliau berkata: .Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun.. Kemudian beliau bersama sahabat-sahabat yang lain menyembahyangkan jenazah Rasulullah SAW. Pada waktu mereka menyembahyangkan jenazah Rasulullah SAW, mereka mendengar suara ajaib. Selesai solat dan mereka pun semuanya sudah diam, mereka mendengar suara orang di pintu mengatakan: .Selamat sejahtera ke atas kamu wahai Ahli Bait. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Hanya saja disempurnakan pahala kamu pada hari kiamat.

Sesungguhnya pada agama Allah ada pengganti setiap ada yang binasa dan ada kelepasan dari segala yang menakutkan. Kepada Allah-lah kamu mengharap dan dengan-Nya berpegang. Orang yang diberi musibah akan diberi ganjaran. Dengarlah itu dan hentikan kamu menangis itu."

Mereka melihat ke arah suara itu tetapi tidak melihat orangnya. Kerana sedihnya mereka
menangis lagi. Tiba-tiba terdengar lagi suara yang lain mengatakan: .Wahai Ahli Bait, ingatlah kepada Allah dan pujilah Dia dalam segala hal, maka jadilah kamu golongan orang mukhlisin. Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, dan ada pengganti setiap ada yang binasa. Maka kepada Allah-lah kamu berpegang dan kepada-Nya taat. Sesungguhnya orang yang diberi musibah adalah orang yang diberi pahala..
Mendengar yang demikian itu berkata Abu Bakar: .Ini adalah Khidir dan Ilyas. Mereka datang atas kematian Rasulullah SAW..

Berkata Ibnu Abu Dunia, yang didengarnya dari Kamil bin Talhah, dari Ubad bin Abdul Samad, dari Anas bin Malik, mengatakan: .Sewaktu Rasulullah SAW meninggal dunia, berkumpullah sahabat-sahabat beliau di sekeliling jenazahnya menangisi kematian beliau. Tiba-tiba datang kepada mereka seorang lelaki yang bertubuh tinggi memakai kain panjang. Dia datang dari pintu dalam keadaan menangis. Lelaki itu menghadap kepada sahabat-sahabat dan berkata: .Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, ada pengganti setiap ada yang hilang. Bersabarlah kamu kerana sesungguhnya orang yang diberi musibah itu akan diberi ganjaran..
Kemudian lelaki itu pun menghilang daripada pandangan para sahabat. Abu Bakar berkata: .Datang ke sini lelaki yang memberi takziah.. Mereka memandang ke kiri dan kanan tetapi lelaki itu tidak nampak lagi. Abu Bakar berkata: .Barangkali yang datang itu adalah Khidir, saudara nabi kita. Beliau datang memberi takziah atas kematian Rasulullah SAW..
Berkata Ibnu Syahin dalam kitabnya Al-Jana.iz: .Bercerita kepada kami Ibnu Abu Daud, dari Ahmad bin Amr, dari Ibnu Wahab, dari Muhammad bin Ajlan, dari Muhammad bin Mukandar, berkata: .Pernah pada suatu hari Umar bin Khattab menyembahyangkan jenazah, tiba-tiba beliau mendengar suara di belakangnya: janganlah mendahului dari kami mengerjakan solat jenazah ini. Tunggulah sudah sempurna dan cukup orang di belakang baru memulakan takbir.. Kemudian lelaki itu berkata lagi: .Kalau engkau siksa dia ya Allah, maka sesungguhnya dia telah durhaka kepada-Mu. Tetapi kalau Engkau mahu mengampuni dia, maka dia betul-betul mengharap keampunan dari-Mu..Umar bersama sahabat-sahabat yang lain sempat juga melihat lelaki itu. Tatkala mayat itu sudah dikuburkan, lelaki itu masih meratakan tanah itu sambil berkata: .Beruntunglah engkau wahai orang yang dikuburkan di sini..

Sayyid Abdul Malik

Sayyid Abdul Malik dikenal dengan gelar "Al-Muhajir Ilallah", karena beliau hijrah dari Hadhramaut ke India untuk berda'wah, sebagaimana kakek beliau, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berdakwah.

Berkatalah H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini dalam bukunya "Pembahasan Tuntas Perihal Khilafiyah".

"Sayyid Abdul Malik Bin Alwi lahir di Kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut, sekitar tahun 574 Hijriah. Beliau meninggalkan Hadhramaut pergi ke India bersama jama'ah para Sayyid dari kaum Alawiyyin. Di India, beliau bermukim di Kota Nashr Abad. Beliau mempunyai beberapa orang anak laki-laki dan perempuan, di antaranya ialah Sayyid Amir Khan abdullah bin Sayyid Abdul Malik, yang lahir di Kota Nashr Abad, ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir di sebuah desa di dekat Kota Nashr Abad. Beliau adalah putra kedua dari Sayyid Abdul Malik".

Nama putra Sayyid abdul Malik adalah "Abdullah", penulisan "Amir Khan" sebelum "Abdullah" adalah penyebutan gelar yang kurang tepat, adapun yang benar adalah Al-Amir Abdullah Azmat Khan. Al-Amir adalah gelar utuk pejabat wilayah. Sedangkan, Azmat Khan adalah marga beliau mengikuti gelar Ayahanda.

Sebagian orang ada yang menulis "Abdullah Khan", mungkin ia hanya ingat "Khan" nya saja, karena marga "khan" (tanpa Azmat) memang populer sebagai marga bangsawan di kalangan orang India dan Pakistan. Maka penulisan "Abdullah Khan" itu kurang tepat, karena "Khan" adalah marga bangsawan Pakistan asli, bukan marga beliau yang merupakan pecahan dari marga Ba'alawi, atau Al-Alawi Al-Husaini.

Ada yang berkata bahwa di India, mereka juga menulis Al-Khan, namun yang tertulis dalam buku nasab Alawiyyin adalah Azmat Khan, bukan Al-Khan, sehingga penulisan Al-Khan akan menyulitkan pelacakan di buku nasab.

Sayyid Abdullah Azmat Khan pernah menjabat sebagai Pejabat Diplomasi Kerajaan India, beliau pun memanfaatkan jabatan itu untuk menyebarkan Islam ke berbagai negeri. Sejarah mencatat bagaimana beliau bersaing dengan Marcopolo di daratan Cina, persaingan itu tidak lain adalah persaingan di dalam memperkenalkan sebuah budaya.

Sayyid Abdullah memperkenalkan budaya Islam dan Marcopolo memperkenalkan budaya barat. Sampai saat ini, sejarah tertua yang kami dapat tentang penyebaran Islam di Cina adalah cerita Sayyid Abdullah ini. maka, bisa jadi beliau adalah penyebar Islam pertama di Cina, sebagaimana beberapa anggota Wali Songo yang masih cucu-cucu beliau adalah orang pertama yang berda'wah di tanah Jawa.

H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini melanjutkan :

"Ia (Sayyid Abdullah) mempunyai anak lelaki bernama Amir Al-Mu'azhzham Syah Maulana Ahmad".

Nama beliau adalah Ahmad, adapun "Al-Amir Al-Mu'azhzham" adalah gelar berbahasa Arab untuk pejabat yang di agungkan, sedangkan "Syah" adalah gelar berbahasa Urdu untuk seorang raja, bangsawan dan pemimpin, sementara "Maulana" adalah gelar yang dipakai oleh muslimin India untuk seorang Ulama Besar.

Sayyid Ahmad juga dikenal dengan gelar "Syah Jalaluddin".

H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini melanjutkan :

"Maulana Ahmad Syah Mu'azhzham adalah seorang besar, Ia di utus oleh Maharaja India ke Asadabad dan kepada Raja Sind untuk pertukaran informasi, kemudian selama kurun waktu tertentu ia di angkat sebagai Wazir (Menteri). Ia mempunyai banyak anak lelaki. Sebagian dari mereka pergi meninggalkan India, berangkat mengembara. Ada yang ke negeri Cina, kamboja, Siam (Thailand) dan ada pula yang pergi ke negeri Anam dari Mongolia Dalam (Negeri Mongolia yang termasuk di dalam wilayah kekuasaan Cina). Mereka lari (?) meninggalkan India untuk menghindari kesewenang-wenangan dan kezhaliman Maharaja India pada waktu terjadi fitnah pada akhir abad ke-7 Hijriah.

Di antara mereka itu yang pertama tiba di Kamboja ialah Sayyid Jamaluddin Al-Husain Amir Syahansyah bin Sayyid Ahmad. Ia pergi meninggalkan India tiga tahun setelah ayahnya wafat. Kepergiannya di sertai oleh tiga orang saudaranya, yaitu Syarif Qamaruddin. Konon, dialah yang bergelar "Tajul-Muluk". Yang kedua ialah Sayyid Majiduddin dan yang ketiga ialah Sayyid Tsana'uddin."

Sayyid Jamaluddin Al-Husain oleh sebagian orang Jawa di sebut Syekh Jumadil Kubro. Yang pasti nama beliau adalah Husain, sedangkan Jamaluddin adalah gelar atau nama tambahan, sehingga nama beliau juga di tulis "Husain Jamaluddin". Adapun "Syahan Syah", artinya adalah Raja Diraja. Namun kami yakin bahwa gelar Syahan Syah itu hanyalah pemberian orang yang beliau sendiri tidak tahu, karena Rasulullah SAW melarang pemberian Syahan Syah pada selain Allah.

Sayyid Husain juga memiliki saudara bernama Sulaiman, beliau mendirikan sebuah Kesultanan di Thailand. Beliau di kenal dengan sebutan Sultan Sulaiman Al-Baghdadi, barangkali beliau pernah tinggal di lama di Baghdad. Nah, Sayyid Husain dan Sayyid Sulaiman inilah nenek motyang daripada keluarga Azmat Khan Indonesia, setidaknya yang kami temukan sampai saat ini.

Sayyid Husain memiliki tujuh orang putra, sebagai berikut :

[1] Sayyid Ibrahim, diketahui memiliki tiga orang putra, antara lain :

1.1. Maulana Ishaq (Ayah Sunan Giri). Keturunannya mulai terdata.

1.2. Sayyid Fadhal Ali Al-Murtadha (Raden Santri). Keturunannya mulai terdata.

1.3. Sayyid Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel). Keturunannya mulai terdata.

[2] Sayyid Barakat, diketahui memiliki empat orang putra, antara lain :

2.1. Sayyid Abdurrahman Ar-Rumi. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

2.2. Sayyid Ahmad Syah. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

2.3. Maulana Malik Ibrahim. Belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

2.4. Sayyid Abdul Ghafur, diketahui memiliki satu putera, yakni :

2.4.1. Sayyid Ibrahim. Diketahui memiliki dua putera, yakni :

2.4.1.1. Fathullah (Falatehan). Keturunannya mulai terdata.

2.4.1.2. Nyai Mas Gandasari (isteri Sunan Gunung Jati).

[3] Sayyid Ali Nurul Alam, memiliki dua orang putera, antara lain :

3.1. Sayyid Abdullah, memiliki dua orang putra antara lain:

3.1.1. Syarif Nurullah. Keturunannya mulai terdata.

3.1.2. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Keturunannya mulai terdata.

3.2. Sayyid Utsman Haji (sunan Ngudung), menikah dengan cucu Sunan Ampel dan berputera Ja'far Ash-Shadiq (Sunan Kudus). Keturunannya mulai terdata.

3.3. Sayyid Haji Utsman (sunan Manyuran). Keturunannya mulai terdata.

[4] Sayyid Fadhal (Sunan Lembayung). Kami belum mendapatkan riwayat beliau dan belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

[5] Sayyid Abdul Malik. Kami belum mendapatkan riwayat beliau dan belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.

[6] Pangeran Pebahar. Kami belum mendapatkan nama Arab dan riwayat beliau. Beliau adalah kakek dari Tuan Faqih Jalaluddin, Ulama Palembang pada masa Sultan Mahmud Badaruddin. Diketahui memiliki keturunan.

[7] Abdillah. Yang ketujuh belum kami dapatkan nama dan riwayatnya dan belum ada informasi bahwa beliau memiliki keturunan.



Adapun Sayyid Sulaiman Al-Baghdadi memiliki tiga orang putera dan seorang puteri yang semuanya berdakwah dan meninggal di Cirebon Jawa Barat, antara lain :

1. Syekh Datuk Kahfi. Diketahui memiliki keturunan.

2. Sayyid Abdurrahman (Pangeran Panjunan). Keturunannya mulai terdata.

3. Sayyid Aburrahim (Pangeran Kejaksan). Diketahui memiliki keturunan.

4. Syarifah Ratu Baghdad, menikah dengan Sunan Gunung Jati.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons