Blog ini ditujukan kepada seluruh ummat Islam yang cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Para Sahabat RA, Auliya', Habaib, Ulama', dan sejarah kebudayaan Islam.

Minggu, 25 Maret 2012

Keluarga Alawiyyin di Hadramaut,Nabi Hud as dan Hadramaut

Keluarga Alawiyyin di Hadramaut
===================
Nabi Hud as dan Hadramaut.
------------------------
Hadramaut adalah suatu daerah yang terletak di Timur Tengah, tepatnya di kawasan seluruh pantai Arab Selatan dari mulai Aden sampai Tanjung Ras al-Hadd. Menurut sebagian orang Arab, Hadramaut hanyalah sebagian kecil dari Arab Selatan, yaitu daerah pantai di antara pantai desa-desa nelayan Ain Ba Ma'bad dan Saihut beserta daerah pegunungan yang terletak di belakangnya. Penamaan Hadramaut menurut penduduk adalah nama seorang anak dari Qahthan bin Abir bin Syalih bin Arfahsyad bin Sam bin Nuh yang bernama Hadramaut, yang pada saat ini nama tersebut disesuaikan namanya dengan dua kata arab hadar dan maut.
Nabi Hud merupakan salah satu nabi yang berbangsa Arab selain Nabi Saleh, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad SAW. Nabi Hud diutus kepada kaum 'Ad yang merupakan generasi keempat dari Nabi Nuh, yakni keturunan Aus bin Aran bin Sam bin Nuh. Mereka tinggal di Ahqaf yakni jalur pasir yang panjang berbelok-belok di Arab Selatan, dari Oman di Teluk Persia hingga Hadramaut dan Yaman di Pantai Selatan Laut Merah. Dahulu Hadramaut dikenal dengan Wadi Ahqaf, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata bahwa al-Ahqaf adalah al-Khatib al-Ahmar. Makam Nabi Hud secara tradisional masih ada di Hadramaut bagian Timur dan pada tanggal 11 Sya'ban banyak dikunjungi orang untuk berziarah ke makam tersebut dengan membaca tiga kali surah Yasin dan doa nisfu Sya'ban. Ziarah nabi Hud pertama kali dilakukan oleh al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan setelah beliau wafat, ziarah tersebut dilakukan oleh anak keturunannya. Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad semasa hidupnya sering berziarah ke makam Nabi Hud. Beliau sudah tiga puluh kali berziarah ke sana dan beliau lakukan pada setiap bulan Sya'ban. Dalam ziarah tersebut beliau berangkat bersama semua anggota kerabat yang tinggal di dekatnya. Beliau tinggal (di dekat pusara Nabi Hud) selama beberapa hari hingga maghrib menjelang malam nisfu sya'ban. Beliau menganjurkan kaum muslimin untuk berziarah ke sana, bahkan beliau mewanti-wanti, "Barangsiapa berziarah ke (makam) Nabi Hud dan di sana ia menyelenggarakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, ia akan mengalami tahun yang baik dan indah." Menurut sebagian ulama kasyaf, makam Nabi Hud merupakan tempat penobatan para waliyullah.
Setibanya di syi'ib Nabi Hud (lembah antara dua bukit tempat pusara nabi Hud), Imam al-Haddad bertemu dengan beberapa orang sayyid dan waliyullah, sehingga pertemuan itu menjadi majlis pertukaran ilmu dan pandangan.
Dalam bahasa Ibrani asal nama Hadramaut adalah 'Hazar Maweth' yang berdasarkan etimologi, rakyat mengaggapnya berhubungan dengan gagasan "hadirnya kematian" yaitu berkaitan dengan hadirnya Nabi Saleh as ke negeri itu, yang tidak lama kemudian meninggal dunia. Pengertian lain kata Hadramaut menurut prasasti penduduk asli Hadramaut adalah "panas membakar", sesuai dengan pendapat Moler dalam bukunya Hadramaut, mengatakan bahwa Hadramaut sebenarnya berarti negeri yang panas membakar. Sebuah legenda yang dipercayai masyarakat Hadramaut bahwa negeri ini diberi nama Hadramaut karena dalam negeri tersebut terdapat sebuah pohon yang disebut al-Liban semacam pohon yang baunya menurut kepercayaan mereka sangat mematikan. Oleh karena itu, setiap orang yang datang (hadar) dan menciumnya akan mati (maut).

Kota-kota di Hadramaut.

Di antara pelabuhan yang cukup penting di pantai Hadramaut adalah al-Syihir dan al-Mokalla. Asy-Syihir merupakan bandar penting yang melakukan perdagangan dengan pantai Afrika Timur, Laut Merah, Teluk Persia, India dan pesisir Arab Selatan terutama Moskat, Dzofar dan Aden serta perdagangan dengan bangsa Eropa dan bangsa-bangsa lainnya. Kota Syibam merupakan salah satu kota penting di negeri itu. Syibam merupakan kota Arab terkenal yang dibangun menurut gaya tradisional. Di kota ini terdapat lebih dari 500 buah rumah yang dibangun rapat, bertingkat empat atau lima. Orang Barat menjulukinya 'Manhattan of the Desert'. Kota tua ini telah menjadi ibukota Hadramaut sejak jatuhnya Syabwah (pada abad ke 3 sampai abad ke 16). Karena dibangun di dasar wadi yang agak tinggi, kota ini rentan terhadap banjir, seperti yang dialaminya tahun 1532 dan 1533. Kota-kota besar di sebelah Timur Syibam adalah al-Gorfah, Syeiun, Taribah, al-Goraf, al-Sowairi, Tarim, Inat dan al-Qasm.
Saiyun merupakan kota terpenting di Hadramaut pada abad ke 19, kota terbesar yang merupakan ibukota protektorat terletak 320 km dari Mokalla'. Ia juga sering dijuluki 'Kota Sejuta Pohon Kurma' karena luasnya perkebunan kurma di sekitarnya.
Kota lain di sebelah Timur Syibam adalah Tarim, yang terletak sekitar 35 km di Timur Saiyun. Di satu sisi kota ini terlindungi oleh bukit-bukit batu terjal, di sisi lain di kelilingi oleh perkebunan kurma. Sejak dulu, Tarim merupakan pusat Mazhab Syafi'i. Antara abad ke 17 dan abad ke 19 telah terdapat lebih dari 365 masjid. Kota Tarim atau biasa dibaca Trim termasuk kota lama. Nama Tarim, menurut satu riwayat diambil dari nama seorang raja yang bernama Tarim bin Hadramaut. Dia juga disebut dengan Tarim al-Ghanna atau kota Tarim yang rindang karena banyak pepohonan dan sungai. Kota tersebut juga dikenal dengan kota al-Shiddiq karena gubernurnya Ziyad bin Lubaid al-Anshari ketika menyeru untuk membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, maka penduduk Tarim adalah yang pertama mendukungnya dan tidak ada seorang pun yang membantahnya hingga khalifah Abu Bakar mendoakan penduduk Tarim dengan tiga permintaan: (1) agar kota tersebut makmur, (2) airnya berkah, dan (3) dihuni oleh banyak orang-orang saleh. Oleh karena itu, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ba'abad berkata bahwa: "al-Shiddiq akan memberikan syafa'at kepada penduduk Tarim secara khusus".
Menurut suatu catatan dalam kitab al-Ghurar yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ali bin Alawi Khirid, bahwa keluarga Ba'alawi pindah dari Desa Bait Jubair ke kota Tarim sekitar tahun 521 hijriyah. Setelah kepindahan mereka kota Tarim dikenal dengan kota budaya dan ilmu. Diperkirakan, pada waktu itu di kota Tarim ada sekitar 300 orang ahli fiqih, bahkan pada barisan yang pertama di masjid agung kota Tarim dipenuhi oleh ulama fiqih kota tersebut. Adapun orang pertama dari keluarga Ba'alawi yang hijrah ke kota Tarim adalah Syaikh Ali bin Alwi Khali' Qasam dan saudaranya Syaikh Salim, kemudian disusul oleh keluarga pamannya yaitu Bani Jadid dan Bani Basri.
Diceritakan bahwa pada kota Tarim terdapat tiga keberkahan: (1) keberkahan pada setiap masjidnya, (2) keberkahan pada tanahnya, (3) keberkahan pada pergunungannya. Keberkahan masjid yang dimaksud adalah setiap masjid di kota Tarim pada waktu sesudah kepindahan Ba'alawi menjadi universital-universitas yang melahirkan ulama-ulama terkenal pada masanya. Di antara masjid-masjid di kota Tarim yang bersejarah ialah masjid Bani Ahmad yang kemudian dikenal dengan masjid Khala' Qasam setelah beliau berdomisili di kota tersebut. Masjid tersebut dibangun dengan batu, tanah dan kayu yang diambil dari desa Bait Jubair karena tanah dari desa tersebut dikenal sangat bagus, kemudian masjid tersebut dikenal dengan masjid Ba'alawi. Bangunan masjid Ba'alawi nyaris sebagian tiangnya roboh dan direnovasi oleh Muhammad Shahib Mirbath. Pada awal abad ke sembilan hijriyah, Syaikh Umar Muhdhar merenovasi kembali bagian depan dari masjid tersebut.

Naqib dan Munsib.

Di lembah yang terletak antara Syibam dan Tarim dengan Saiyun di antaranya terdapat lebih dari sepertiga penduduk Hadramaut. Dari sini pula kebanyakan orang Arab di Indonesia. Di antara penduduk Hadramaut terdapat kaum Alawiyin yang lebih dikenal dengan golongan Sayid. Golongan Sayid sangat besar jumlah anggotanya di Hadramaut terutama di kota Tarim dan Saiyun, mereka membentuk kebangsawanan beragama yang sangat dihormati, sehingga secara moral sangat berpengaruh pada penduduk. Mereka terbagi dalam keluarga-keluarga (qabilah), dan banyak di antaranya yang mempunyai pemimpin turun temurun yang bergelar munsib.
Munsib merupakan perluasan dari tugas 'Naqib' yang mulai digunakan pada zaman Imam Ahmad al-Muhajir sampai zaman Syekh Abu Bakar bin Salim. Seorang 'naqib' adalah mereka yang terpilih dari anggota keluarga yang paling tua dan alim, seperti Syekh Umar Muhdhar bin Abdurahman al-Saqqaf. Ketika terpilih menjaga 'naqib', beliau mengajukan beberapa persyaratan, diantaranya:
1. Kepala keluarga Alawiyin dimohon kesediaannya untuk menikahkan anak-anak perempuan mereka dari keluarga kaya dengan anak laki-laki dari keluarga miskin, begitu pula sebaliknya untuk menikahkan anak laki-laki dari keluarga kaya dengan anak perempuan dari keluarga miskin.
2. Menurunkan besarnya mahar pernikahan dari 50 uqiyah menjadi 5 uqiyah, sebagaimana perintah shalat dari 50 waktu menjadi 5 waktu.
3. Tidak menggunakan tenaga binatang untuk menimba air secara berlebihan.
Setelah Syekh Umar Muhdhar wafat, jabatan 'naqib' dipegang oleh Syekh Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar al-Sakran, Syekh Abu Bakar al-Adeni Alaydrus, Sayid Ahmad bin Alwi Bajahdab, Sayid Zainal Abidin Alaydrus.
Menurut Syekh Ismail Yusuf al-Nabhani dalam kitabnya 'Al-Saraf al-Muabbad Li Aali Muhammad' berkata: "Salah satu amalan yang khusus yang dikerjakan oleh keluarga Rasulullah, adanya 'naqib' yang dipilih di antara mereka". Naqib dibagi menjadi dua, yaitu:
Naqib Umum ( al-Naqib al-Am ), dengan tugas:
1. Menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara keluarga
2. Menjadi ayah bagi anak-anak dari keluarga yatim
3. Menentukan dan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang telah membuat suatu kesalahan atau menyimpang dari hukum agama.
4. Mencarikan jodoh dan menikahkan perempuan yang tidak punya wali.
Naqib khusus (al-Naqib al-khos), dengan tugas:
1. Menjaga silsilah keturunan suatu kaum
2. Mengetahui dan memberi legitimasi terhadap nasab seseorang.
3. Mencatat nama-nama anak yang baru lahir dan yang meninggal.
4. Memberikan pendidikan akhlaq kepada kaumnya.
5. Menanamkan rasa cinta kepada agama dan melarang untuk berbuat yang tidak baik.
6. Menjaga keluarga dari perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama.
7. Menjaga keluarga bergaul kepada mereka yang mempunyai akhlaq rendah demi kemuliaan diri dan keluarganya.
8. Mengajarkan dan mengarahkan keluarga tentang kebersihan hati
9. Menjaga orang yang lemah dan tidak menzaliminya.
10. Menahan perempuan-perempuan mereka menikah kepada lelaki yang tidak sekufu'.
11. Menjaga harta yang telah diwakafkan dan membagi hasilnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
12. Bertindak tegas dan adil kepada siapa saja yang berbuat kesalahan.
Dewan naqabah terdiri dari sepuluh anggota yang dipilih. Setiap anggota mewakili kelompok keluarga atau suku dan dikukuhkan lima orang sesepuh suku itu dan menjamin segala hak dan kewajiban yang dibebankan atas wakil mereka. Dewan yang terdiri dari sepuluh anggota ini mengatur segala sesuatu yang dipandang perlu sesuai kepentingan, dan bersesuaian pula dengan ajaran syari'at Islam serta disetujui oleh pemimpin umum. Apabila keputusan telah ditetapkan maka diajukanlah kepada pemimpin umum (naqib) untuk disahkan dan selanjutnya dilaksanakan.
Dari waktu ke waktu tugas 'naqib' semakin berat, hal itu disebabkan banyak keluarga dan mereka menyebar ke berbagai negeri yang memerlukan perjalanan berhari-hari untuk bertemu 'naqib' jika mereka hendak bertemu untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Untuk meringankan tugas 'naqib' tersebut, maka terbentuklah 'munsib'. Para munsib berdiam di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat asal keluarganya. Jabatan munsib diterima secara turun menurun, dan di antara tugasnya selalu berusaha mendamaikan suku-suku yang bersengketa, menjamu tamu yang datang berkunjung, menolong orang-orang lemah, memberi petunjuk dan bantuan kepada mereka yang memerlukan. Sebagaian besar munsib Alawiyin muncul pada abad sebelas dan abad ke dua belas hijriyah, diantaranya keluarga bin Yahya mempunyai munsib di al-Goraf, keluarga al-Muhdar di al-Khoraibah, keluarga al-Jufri di dzi-Asbah, keluarga al-Habsyi di khala' Rasyid, keluarga bin Ismail di Taribah, keluarga al-Aidrus di al-Hazm, Baur, Salilah, Sibbi dan ar-Ramlah, keluarga Syekh Abu Bakar di Inat, keluarga al-Attas di al-Huraidah, keluarga al-Haddad di al-Hawi dan keluarga Aqil bin Salim di al-Qaryah.

Keluarga golongan sayid.

Keluarga golongan Sayid yang berada di Hadramaut adalah:
Aal-Ibrahim Al-Ustadz al-A'zhom Asadullah fi Ardih
Aal-Ismail Aal-Bin Ismail Al-A'yun
Aal-Albar Aal-Battah Aal-Albahar
Aal-Barakat Aal-Barum Aal-Basri
Aal-Babathinah Aal-Albaiti Aal-Babarik
Aal-Albaidh Al-Turobi Aal-Bajahdab
Jadid Al-Jaziroh Aal-Aljufri
Jamalullail Aal-Bin Jindan Al-Jannah
Aal-Junaid Aal-Aljunaid Achdhor Aal-Aljailani
Aal-Hamid Aal-Alhamid Aal-Alhabsyi
Aal-Alhaddad Aal-Bahasan Aal-Bahusein
Hamdun Hamidan Aal-Alhiyyid
Aal-Khirid Aal-Balahsyasy Aal-Khomur
Aal-Khaneiman Aal-Khuun Aal-Maula Khailah
Aal-Dahum Maula al-Dawilah Aal-Aldzahb
Aal-Aldzi'bu Aal-Baraqbah Aal-Ruchailah
Aal-Alrusy Aal-Alrausyan Aal-Alzahir
Aal-Alsaqqaf Al-Sakran Aal-Bin Semith
Aal-Bin Semithan Aal-Bin Sahal Aal-Assiri
Aal-Alsyatri Aal-Syabsabah Aal-Alsyili
Aal-Basyamilah Aal-Syanbal Aal-Syihabuddin
Al-Syahid Aal-Basyaiban Al-Syaibah
Aal-Syaikh Abi Bakar Aal-Bin Syaichon Shahib al-Hamra'
Shahib al-Huthoh Shahib al-Syubaikah Shahib al-Syi'ib
Shahib al-Amaim Shahib Qasam Shahib Mirbath
Shahib Maryamah Al-Shodiq Aal-Alshofi Alsaqqaf
Aal-Alshofi al-Jufri Aal-Basuroh Aal-Alshulaibiyah
Aal-Dhu'ayyif Aal-Thoha Aal-Al thohir
Aal-Ba'abud Al-Adeni Aal-Al atthas
Aal-Azhamat Khan Aal-Aqil Aal-Ba'aqil
Aal-Ba'alawi Aal-Ali lala Aal-Ba'umar
Aal-Auhaj Aal-Aydrus Aal-Aidid
Al-Ghozali Aal-Alghozali Aal-Alghusn
Aal-Alghumri Aal-Balghoits Aal-Alghaidhi
Aal-Fad'aq Aal-Bafaraj Al-Fardhi
Aal-Abu Futaim Al-Faqih al-Muqaddam Aal-Bafaqih
Aal-Faqih Aal-Bilfaqih Al-Qari'
Al-Qadhi Aal-Qadri Aal-Quthban
Aal-Alkaf Kuraikurah Aal-Kadad
Aal-Karisyah Aal-Mahjub Al-Muhdhar
Aal-Almuhdhar Aal-Mudhir Aal-Mudaihij
Abu Maryam Al-Musawa Aal-Almusawa
Aal-Almasilah Aal-Almasyhur Aal-Masyhur Marzaq
Aal-Musyayakh Aal-Muzhahhir Al-Maghrum
Aal-Almaqdi Al-Muqlaf Aal-Muqaibil
Aal-Maknun Aal-Almunawwar Al-Nahwi
Aal-Alnadhir Al-Nuqa'i Aal-Abu Numai
Al-Wara' Aal-Alwahath Aal-Hadun
Aal-Alhadi Aal-Baharun Aal-Bin Harun
Aal-Hasyim Aal-Bahasyim Aal-Bin Hasyim
Aal-Alhaddar Aal-Alhinduan Aal-Huud
Aal-Bin Yahya
Keluarga Alawiyin di atas adalah keturunan dari Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi, sedangkan yang bukan dari keturunan Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi, adalah:

Aal-Hasni Aal-Barakwan Aal-Anggawi
Aal-Jailani Aal-Maqrabi Aal-Bin Syuaib
Aal-Musa al-Kadzim Aal-Mahdali Aal-Balakhi
Aal-Qadiri Aal-Rifai Aal-Qudsi

Sedangkan yang tidak berada di Indonesia kurang lebih berjumlah 40 qabilah, diantaranya qabilah Abu Numai al-Hasni yaitu leluhur Almarhum Raja Husein (Yordania) dan sepupunya Almarhum Raja Faisal (mantan raja Iraq) dan qabilah al-Idrissi, yaitu leluhur mantan raja-raja di Tunisia dan Libya.

Pemakaman Zanbal, Furait dan Akdar di Tarim.

Pusat pemukiman Kaum Alawiyin di Hadramaut ialah kota Tarim. Di sana terdapat tanah perkuburan Bisyar yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Zanbal, Furait dan Akdar. Di perkuburan Zanbal, al-Faqih Muqaddam dan semua sayyid terkemuka dari Kaum Alawiyin dimakamkan, di Furait terdapat perkuburan para masyaikh, dan Akdar merupakan perkuburan umum. Di pemakaman Zanbal, para Saadah al-Asraf, Ulama Amilin, Auliya' dan Sholihin yang tidak terhitung jumlahnya dikuburkan di sana. Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula al-Dawilah berkata: "Lebih dari sepuluh ribu auliya' al-akbar, delapan puluh wali quthub dari keluarga alawiyin di makamkan di Zanbal". Seperti diriwayatkan oleh Syaikh Saad bin Ali: "Di pemakaman Zanbal dikuburkan para sahabat Rasulullah saw , mereka wafat ketika menunaikan tugas untuk memerangi ahli riddah. Mereka banyak yang wafat di Tarim dan tidak diketahui kuburnya". Akan tetapi Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Dawilah, berkata: "Sesungguhnya letak kubur mereka sebelah Timur dari kubur al-Ustadz al-A'zhom Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam". Berkata Syaikh Muhammad bin Aflah: "Sesungguhnya dari masjid Abdullah bin Yamani sampai akhir pemakaman Zanbal terdapat perkuburan para ulama dan auliya". Menurut ulama kasyaf, Rasulullah dan para sahabatnya sering berziarah ke pemakaman tersebut.
Pertama kali makam yang diziarahi di perkuburan Zanbal adalah makam al-Ustadz al-A'zham Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam. Berkata Syaikh Ahmad bin Muhammad Baharmi: "Saya melihat Syaikhoin Abu Bakar dan Umar ra dalam mimpi berkata kepada saya, jika engkau ingin berziarah maka yang pertama kali diziarahi ialah al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, kemudian ziarahilah siapa yang engkau kehendaki". Berkata sebagian para Saadah al-Akbar: "Barangsiapa berziarah kepada orang lain sebelum berziarah kepada al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, maka batallah ziarahnya". Kemudian ziarah kepada cucunya Syaikh Abdullah Ba'alwi, kemudian kubur ayahnya Alwi bin al-Faqih al-Muqaddam, kemudian Imam Salim bin Basri, kemudian ziarah kepada Syaikh Abdullah bin al-Faqih al-Muqaddam, Ali bin Muhammad Shahib Marbath, Ali bin Abdullah Ba'alwi, kemudian Syaikh Abdurahman Assaqqaf dan ayahnya Muhammad Maula Dawilah, ayahnya Ali bin al-Faqih al-Muqaddam, kemudian kakeknya Ali bin Alwi Khali' Qasam, Muhammad bin Hasan Jamalullail dan ayah serta kakeknya, kemudian Syaikh Muhammad bin Ali Aidid, Ali, Muhammad, Alwi, Syech bin Abdurahman Assaqqaf, kemudian ziarah kepada Syaikh Umar Muhdhor, Syaikh Ali bin Abi Bakar al-Sakran, kemudian Syaikh Hasan Alwara' dan ayahnya Syaikh Muhammad bin Abdurahman, kemudian para auliya' sholihin seperti al-Qadhi Ahmad Ba'isa, kemudian Syaikh Abdullah Alaydrus, Syaikhoin Muhammad dan Abdullah bin Ahmad bin Husin Alaydrus, kemudian Syaikh Abdullah bin Syech, Sayid Ali Zainal Abidin bin Syaikh Abdullah.
Selain pemakaman Zanbal, terdapat pula pemakaman Furait. Dalam kamus bahasa Arab arti Furait adalah gunung kecil. Di tempat tersebut dikuburkan keluarga Bafadhal serta para ulama, auliya', sholihin yang tak terhitung jumlahnya. Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Dawilah berkata: "Di tempat itu dikuburkan lebih dari sepuluh ribu wali" Beberapa ulama kasyaf menyaksikan, sesungguhnya rahmat Allah yang turun pertama kali di dunia ini di pemakaman Furait. Syaikh Abdurahman Assaqqaf, Sayid Abdullah bin Ahmad bin Abi Bakar bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dan sebagian ulama di Makkah menceritakan bahwa dibawah tanah Furait terdapat taman dari taman-taman surga.
Di pemakaman Furait, mulai ziarah diawali kepada Syaikh Salim bin Fadhal, kemudian Syaikh Fadhal bin Muhammad bin al-faqih Ahmad, Syaikh Fadhal bin Muhammad, kemudian kepada Syaikh Ahmad yahya dan ayah serta pamannya, kemudian Syaikh Ibrahim bin Yahya Bafadhal, Syaikh Abu Bakar bin Haj, kemudian kepada Imam al-Qudwah Ali bin Ahmad Bamarwan, al-Arif Billah Umar bin Ali Ba'umar, Imam Ahmad bin Muhammad Bafadhal, Ali bin al-Khatib, Syaikh Abdurahman bin Yahya al-Khatib, Syaikh Ahmad bin Ali al-Khatib, Imam Ahmad bin Muhammad bin Abilhub dan anaknya Said, Imam Saad bin Ali.
Pemakaman ketiga yang terkenal di kota Tarim adalah pemakaman Akdar. Di perkuburan Akdar, yang dimakamkan di sana di antaranya para ulama, auliya' al-arifin dari keluarga Basri, keluarga Jadid, keluarga Alwi, keluarga Bafadhal, keluarga Baharmi, keluarga Bamahsun, keluarga Bamarwan, keluarga Ba'Isa, keluarga Ba'ubaid dan lainnya.

Akhlaq dan kebiasaan kaum Alawiyin.

Kaum Alawiyin tetap dalam kebiasaan mereka menuntut ilmu agama, hidup zuhud di dunia (tidak bergelimang dalam kesenangan duniawi) dan mereka juga menghindar dari popularitas (syuhrah). Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad berkata: " Syuhrah bukan adat kebiasaan kami, kaum Alawiyin … " selanjutnya beliau berkata: " kedudukan kami para sayid Alawiyin tidak dikenal orang. Jadi tidak seperti yang ada pada beberapa wali selain mereka (kaum Alawiyin), yang umumnya mempunyai sifat-sifat berlainan dengan sifat-sifat tersebut. Sifat tersebut merupakan soal besar dalam bertaqarrub kepada Allah dan dalam memelihara keselamatan agama (kejernihan iman)."
Imam al-Haddad berkata pula: " Dalam setiap zaman selalu ada wali-wali dari kaum Alawiyin, ada yang dzahir (dikenal) dan ada yang khamil (tidak dikenal). Yang dikenal tidak perlu banyak, cukup hanya seorang saja dari mereka, sedangkan yang lainnya biarlah tidak dikenal. Dari satu keluarga dan dari satu negeri tidak perlu ada dua atau tiga orang wali yang dikenal. Soal al-sitru (menutup diri) berdasarkan dua hal: pertama, seorang wali menutup dirinya sendiri hingga ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya adalah wali. Kedua, wali yang menutup dirinya dari orang lain, yakni hanya dirinya sendiri yang mengetahui bahwa dirinya wali, tetapi ia menutup (merahasiakan) hal itu kepada orang lain. Orang lain tidak mengetahui sama sekali bahwa ia adalah wali.
Sehubungan dengan tidak tampaknya para wali, Habib Abdullah al-Haddad menulis syair: "Apakah mereka semua telah mati, apakah mereka semua telah musnah, ataukah mereka bersembunyi, karena semakin besarnya fitnah."
Tidak tampaknya para wali merupakan hikmah Allah, begitu pula tampaknya para wali. Tampak atau tidak tampak, para wali bermanfaat bagi manusia. Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi ditanya: "Apakah manfaat dari ketidak tampakan para wali ?". Beliau menjawab: "Tidak tampaknya para wali bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi wali itu sendiri. Sebab, sang wali dapat beristirahat dari manusia dan manusia tidak beradab buruk kepadanya. Mungkin kau meyakini kewalian seseorang, tetapi setelah melihatnya kau lalu berprasangka buruk. Seorang yang saleh bukanlah orang yang mengetahui kebenaran melalui kaum sholihin. Akan tetapi orang saleh adalah orang yang mengenal kaum sholihin melalui kebenaran."
Sayid Ahmad bin Toha berkata kepada Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, "Aku tidak tahu bagaimana para salaf kita mendapatkan wilayah (kasyaf), padahal usia mereka masih sangat muda. Adapun kita, kita telah menghabiskan sebagian besar umur kita, namun tidak pernah merasakan walau sedikitpun. Aku tidak mengetahui yang menyebabkan itu ?". Habib Ali lalu menjawab:"Ketaatan dari orang yang makannya haram, seperti bangunan didirikan di atas gelombang. Karena ini dan juga karena berbagai sebab lain yang sangat banyak. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi seseorang daripada bergaul dengan orang-orang jahat. Majlis kita saat ini menyenangkan dan membangkitkan semangatmu. Ruh-ruh mengembara di tempat ini sambil menikmati berbagai makanan hingga ruh-ruh itu menjadi kuat. Namun, sepuluh majlis lain kemudian mengotori hatimu dan merusak apa yang telah kau dapatkan. Engkau membangun, tapi seribu orang lain merusaknya. Apa manfaatnya membangun jika kemudian dhrusak lagi ? kau ingin meningkat ke atas tapi orang lain menyeretmu ke bawah."
Menurut ulama ahlul kasyaf , wali quthub adalah pemegang pimpinan tertinggi dari para wali. Ia hanya satu orang dalam setiap zaman. Quthub biasa pula disebut Ghauts (penolong), dan termasuk orang yang paling dekat dengan Tuhan. Selain itu, ia dipandang sebagi pemegang jabatan khalifah lahir dan bathin. Wali quthub memimpin pertemuan para wali secara teratur, yang para anggotanya hadir tanpa ada hambatan ruang dan waktu. Mereka datang dari setiap penjuru dunia dalam sekejap mata, menembus gunung, hutan dan gurun.
Wali quthub dikelilingi oleh dua orang imam sebagai wazirnya. Di samping itu, ada pula empat orang autad (pilar-pilar) yang bertugas sebagai penjaga empat penjuru bumi. Masing-masing dari empat orang autad itu berdomisili di arah Timur, Barat, Utara dan Selatan dari Ka'bah. Selain itu, terdapat pula tiga orang nuqaba', tujuh abrar, empat puluh wali abdal, tiga ratus akhyar dan empat ribu wali yang tersembunyi. Para wali adalah pengatur alam semesta, setiap malam autad mengelilingi seluruh alam semesta dan seandainya ada suatu tempat yang terlewatkan dari mata mereka, keesokkan harinya akan tampak ketidaksempurnaan di tempat itu dan mereka harus memberitahukan hal ini kepada wali quthub, agar ia dapat memperhatikan tempat yang tidak sempurna tadi dan dengan kewaliannya ketidaksempurnaan tadi akan hilang.
Seorang wali quthub, al-Muqaddam al-Tsani, Syaikh Abdurahman al-Saqqaf beliau terkenal di mana-mana, ia meniru cara hidup para leluhurnya (aslaf), baik dalam usahanya menutup diri agar tidak dikenal orang lain maupun dalam hal-hal yang lain. Dialah yang menurunkan beberapa Imam besar seperti Syaikh Umar Muhdhar, Syaikh Abu Bakar al-Sakran dan anaknya Syaikh Ali bin Abu Bakar al-Sakran, Syaikh Abdullah bin Abu Bakar yang diberi julukan al-'Aidrus.
Syaikh Abdurahman al-Saqqaf selalu berta'abbud di sebuah syi'ib pada setiap pertiga terakhir setiap malam. Setiap malam ia membaca Alquran hingga dua kali tamat dan setiap siang hari ia membacanya juga hingga dua kali tamat. Makin lama kesanggupannya tambah meningkat hingga dapat membaca Alquran empat kali tamat di siang hari dan empat kali tamat di malam hari. Ia hampir tak pernah tidur. Menjawab pertanyaan mengenai itu ia berkata, "Bagaimana orang dapat tidur jika miring ke kanan melihat surga dan jika miring ke kiri melihat neraka ?". Selama satu bulan beliau beruzlah di syi'ib tempat pusara Nabi Hud, selama sebulan itu ia tidak makan kecuali segenggam (roti) terigu.
Demikianlah cara mereka bermujahadah dan juga cara mereka ber-istihlak ( mem-fana'-kan diri ) di jalan Allah SWT. Semuanya itu adalah mengenai hubungan mereka dengan Allah. Adapun mengenai amal perbuatan yang mereka lakukan dengan sesama manusia, para sayyid kaum 'Alawiyin itu tidak menghitung-hitung resiko pengorbanan jiwa maupun harta dalam menunaikan tugas berdakwah menyebarluaskan agama Islam.


Sumber : http://wwwahamid.blogspot.com/2012/03/keluarga-alawiyyin-di-hadramautnabi-hud.html

Minggu, 18 Maret 2012

Kisah Nyata : orang Kristen yang masuk Islam dan sekarang menjadi santri di PP al-anwar Sarang

"Sampai matipun aku tidak akan pernah pindah agama!!!",

kata-kata itu sempat keluar dari mulutku. Karena memang aku tidak mau pindah agama, sebab awalnya agamaku adalah kristen protestan. Aku terlahir dalam keluarga kristen, aku tumbuh dewasa dalam suasana kristiani. Aku pernah menjadi ketua pemuda-remaja kristen di daerahku, aku juga pernah menjabat sebagai ketua mahasiswa kristen dikampusku. Bahkan aku pernah berkeinginan menjadi seorang pendeta. Sebagai aktivis gereja, aku juga menjadi penggerak atau motorik dalam perkembangan iman kristen di gerejaku, tak heran jika aku berkeinginan menjadi seorang pendeta. Yah... menjadi pendeta adalah cita-citaku, impian yang aku inginkan dari dulu. Dan seakan tubuh kristen itu sudah melekat dalam diriku. Berbagai seminar dan workshop tentang kekristenan sering aku ikuti. Semakin hari aku semakin ingin mengepakkan sayapku di bidang pelayanan gereja, mulai dari pembawa/penyampai khotbah dalam ibadah pemuda-remaja kristen, pemain musik dalam ibadah, pemimpin ibadah sampai menjadi pengurus dalam beberapa organisasi kristen. Entah bagaimana awalnya, yang pasti dulu semua itu aku percayai semata-mata hanya berasal dari tuhanku, yesus kristus.



Aku benar-benar percaya bahwa yesus-lah tuhanku, dan tidak ada tuhan selain yesus kristus. Itulah aku, dan aku bangga menyebut diriku sebagai umat kristen. Begitu banyak pengalaman suka duka dalam pelayananku, dan semua itu aku yakini menjadi jalan hidupku yang terakhir, jalan hidup dalam memeluk agama kristen. Apapun resikonya dan apapun kondisinya, aku tetap ingin menjadi orang kristen. Orang kristen yang bukan biasa-biasa saja, orang kristen yang bukan hanya KTP saja. Aku ingin menjadi tombak dalam perkembangan umat kristen, dalam pergerakan misionaris kristenisasi, itulah harapanku. Sering aku marah-marah kepada anggota keluargaku termasuk kepada orangtuaku sendiri jika mereka tidak berangkat ke gereja, aku sering memberikan motivasi kepada teman-teman kristen-ku dengan memberikan doktrin kepada mereka tentang mengapa kita harus datang ke gereja dan mengapa kita harus percaya kepada yesus kristus, bahkan aku menjadi tempat curhat dan tempat bertanya teman-temanku tentang beberapa hal dalam kekristenan. Dengan bermodalkan keyakinan, aku lakukan semua itu semata-mata karena imanku kepada yesus kristus. Dengan pelajaran saling mengasihi adalah sebagai modal dasar untuk terus bekerja melayani yesus.

Saling mengasihi, itulah yang aku pegang. Entah bagaimanapun sakitnya dan apapun resikonya, aku ingin terus melayani yesus kristus. Disamping ada bakat seni dalam diriku, tak jarang dalam suatu ibadah seringnya aku mengiringi ibadah tersebut dengan beberapa alat musik seperti keyboard, gitar dan drum. Karena ibadah tanpa nyanyian dan iringan musik seperti masak tanpa bumbu, hambar dan tak berasa apapun bagiku. "Only jesus in my heart, no matter how or what, ‘coz I just wanna live forjesus christ", itulah slogan atau motto dalam hidupku dulu. Menjadi seorang pemuda kristen yang militan dan kuat dalam segala cobaan adalah bagian dari keinginanku, seakan membuat jiwa kristen itu terus tumbuh dalam diriku. Tidak mudah memang mempertahankan kepercayaan seseorang yang telah diberikan kepadaku untuk mengemban tugas-tugas tersebut, namun aku sendiri juga tidak pernah ada niatan untuk mengundurkan diri meski terkadang timbul konflik dalam organisasi yang aku pegang. Karena aku menjalankan organisasi tersebut atas dasar kasih, dan dengan kasih tersebut tumbuh rasa ikhlas yang membuat semuanya menjadi mudah dan terlalu indah untuk ditinggalkan. "Bangga" itulah yang aku rasakan, bisa menjadi pengurus inti dan penggerak di berbagai bidang keagamaan khususnya agama kristen.
ISYAROH DARI ALLAH
Seiring berjalannya waktu, hingga aku kuliah di salah satu universitas di Malang Jawa Timur, membuat rasa ingin tahu tentang kristen itu semakin kuat. Sekuat keinginanku menjadi ujung tombak pelayanan rohani kristen, yang pada akhirnya aku ingin menjadi umat pemenang (sebutan bagi orang kristen yang percaya akan yesus kristus seutuhnya). Dengan rasa ingin tahu yang kuat, membuat aku semakin ingin mempelajari apa sih sebenarnya kristen itu. Namun disaat aku ingin mendalami tentang kristen dan ingin serius mempelajari Kristen, disaat itu pula aku mengalami isaroh dari Allah
Tahun 2005, adalah tahun dimana aku mengalami sesuatu yang sangat sulit dimengerti. Ketika itu aku tidur, tiba-tiba terdengar suara adzan yang berkumandang di telingaku. Sangat keras, seperti sebuah speaker besar tepat berada ditelingaku, sehingga membuat hati dan tubuhku bergetar mendengarnya. Suara adzan, suara yang seringkali aku dengar dari mushola atau masjid di sekitar rumahku. Suara adzan yang sama sekali tidak aku kenal dan tidak aku mengerti, tetapi pada saat mendengarkannya, seakan hatikupun ikut mengumandangkannya. Ini bukan mimpi saat tidur, tapi benar-benar nyata yang aku alami. Karena setelah aku mendengar suara adzan tersebut, aku langsung terbangun dan suara adzan tersebut masih berkumandang ditelingaku. Dalam penghilatanku seakan-akan tidak percaya, karena waktu itu waktu menunjukkan tengah malam, mungkin sekitar jam 3 malam. Yang setahuku, jam itu tidak ada adzan yang dikumandangkan. Semakin aku menolak untuk mendengarkannya, suara adzan tersebut malah semakin keras terdengar. Hatiku ingin terus mendengarkannya, namun tubuh dan pikiranku seakan menolaknya. Sepertinya hatiku memiliki jalan pemikirannya sendiri. Karena saking takutnya, tubuhku mulai gemetaran mendengarkannya. Dan aku sendiri tidak tahu, kenapa hatiku sepertinya bisa untuk mengumandangkan dan mengikuti suara adzan tersebut. Malam itu adalah malam yang sangat aneh bagiku, suara adzan yang berkumandang benar-benar mengoyakkan jalan pikiranku. Setelah kejadian itu, aku berusaha untuk melupakannya. Karena aku menyadari, aku bukan orang yang beragama Islam, aku adalah orang yang beragama kristen jadi sudah sewajarnya jika aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Tak mudah memang untuk melupakannya, karena seakan aku terus dihantui kejadian malam itu. Dengan berbagai kegiatan dan ibadah kristen, aku berusaha untuk melupakan kejadian tersebut
Tahun 2006, tahun ini adalah tahun yang sungguh membuat aku semakin merasa bingung. Suatu malam, aku tertidur seperti biasa. Sepulang mengajar komputer di salah satu SMK di tempatku, aku merasa sangat lelah sekali karena ada pekerjaan yang sangat menumpuk hingga membuat aku harus lembur. Sekitar jam 10 malam aku tiba di rumah, waktu itu aku langsung persiapan tidur, seperti bersih-bersih badan dan berdoa sebelum tidur, berdoa dengan cara kristen tentunya. Akupun tertidur, dalam tidurku aku bermimpi. Lagi-lagi ini adalah kejadian yang aneh. Seakan-akan kedua tanganku ada yang memegang, aku merasa keluar dari tubuhku sendiri. Akupun bisa melihat tubuhku sendiri, aku bisa menembus genting rumah dan aku pun bisa melihat-lihat keadaan disekitar rumahku pada malam itu. Sepi dan dingin, itulah yang aku rasakan. Semakin lama semakin aku semakin menuju keatas, tanpa kusadari ternyata aku menuju keatas langit. Bahkan terasa sesak didada karena bertabrakan dengan langit malam itu, dan seakan nafaskupun sedikit tersengal karena berada di atmosfir yang baru aku rasakan. Dalam hitungan beberapa detik, ternyata aku sudah berada diluar angkasa. Tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan lantang, seraya berkata "Inilah matahari, inilah bulan, inilah planet, inilah bintang dan lihatlah kebawah, itulah bumi...", dan memang benar, yang dihadapanku memang semua yang disebutkan tersebut. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana matahari, bulan, planet-planet, bintang dan bumi. Lalu muncul pertanyaan dalam hatiku, kenapa bumi ada dibawah. Ingin rasanya memalingkan kepalaku, dan ingin melihat siapa yang memiliki suara indah dan merdu itu, namun aku seperti terkunci, tidak bisa bergerak kemana-mana. Yang aku lihat hanyalah sinar yang sangat terlihat terang dari belakangku. Setelah itu, terdengar suara lagi, "Akulah Tuhanmu, Aku adalah satu, Tuhan Yang Maha Esa...". Sungguh sangat sulit dimengerti memang, meski sebenarnya aku sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana suasana malam itu
Kemudian aku dibawa turun, dan tangankupun dipegang lagi. Saat melintasi langit, aku pikir langsung menuju ke tempatku semula atau kembali ke tubuhku, namun ternyata tidak, aku diajak terbang ke arah barat. Ternyata aku sudah berada di atas Mekkah hanya dalam hitungan beberapa detik saja, dari atas langit kulihat beribu-ribu orang mengitari sebuah bangunan kotak hitam, yang sekarang aku sudah tahu bangunan itu adalah Ka'bah. Aku benar-benar diatas orang-orang tersebut, mereka seperti semut karena begitu banyaknya. Karena penasaran, dalam hatiku, aku ingin sekali turun ke bawah, namun langsung ada suara lagi berkata : "Sekali-kali kamu tidak boleh menyentuh tanah disitu, kamu hanya boleh menyentuh kepala orang-orang disitu", kemudian aku mengangguk. Selang beberapa detik setelah aku mengangguk, aku sudah berada di atas kepala orang-orang yang dibawahku tadi. Kemudian aku berjalan mengitari Ka'bah dengan berjalan diatas kepala orang-orang tersebut. Dalam mimpiku, aku masih agak bingung juga karena pada saat aku berjalan di atas kepala orang-orang tersebut dalam pikiranku pasti akan terjatuh tapi ternyata tidak, yang ada malah orang-orang tersebut mempersilahkan kepalanya untuk kuinjak. Sepertinya mereka membentuk sebuah barisan agar aku bisa melewati diatas kepalanya dan sepertinya mereka sudah tahu kalau aku akan datang. Karena sebagian ada yang senyum kepadaku, ada yang melihatku dengan tatapan tajam, ada yang melihatku dengan tatapan lembut. Kemudian aku mengitari Ka'bah. Karena penasaran, aku ingin masuk ke dalam Ka'bah. Aku tidak bicara apa-apa, tapi hatiku yang berbicara. Tiba-tiba, pintu di Ka'bah tersebut terbuka pintunya ke arah kiri dan kanan secara perlahan-lahan yang sebenarnya aku tidak tahu bagaimana bentuk dan letak posisi pintu Ka'bah yang sebenarnya. Dan dalam hitung detik aku sudah berada di dalam Kabah. Yang aku lihat adalah kaligrafi yang mengelilingi tembok yang sekarang aku sudah tahu kaligrafi itu adalah kaligrafi tulisan arab. Tulisannya besar dan bercahaya, berwarna emas terang benderang. Yang keindahannya tak dapat ku sampaikan dengan tulisan. Aku terkagum-kagum melihat keindahan tulisan tersebut. Kemudian aku melihat-lihat di sekelilingku, ternyata ada yang lebih menarik lagi. Ada tumpukan mutiara yang berbentuk seperti gunung, ada tumpukan emas batangan yang berjejer rapi dan menggunung, ada setumpuk perhiasan yang cahayanya terang benderang yang bentuknya seperti gunung juga, kemudian ada kursi emasnya juga tapi aku tidak tahu kursi apa itu. Tanpa kusadari, ternyata lantai yang aku injak sangatlah berbeda dengan lantai-lantai yang biasa. Lantainya benar-benar berkilau bak mutiara yang cahayanya tak bisa terbayangkan banyaknya. Sebenarnya aku sulit mengutarakan keindahan yang terjadi pada waktu itu, namun aku ingin menceritakan semampuku dalam mengingat kejadian tersebut. Tak lama kemudian aku terbangun dari tempat tidur. Ku lihat jam sekitar 02.00 dini hari. Aku terus terbayang-bayang akan mimpi tersebut, apakah artinya, adakah petunjuk di dalam mimpi tersebut, gerangan apakah yang berbicara dalam mimpiku tadi, begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku. Entah mimpi atau bukan, yang pasti kejadian ini benar-benar seperti nyata. Sebenarnya masih ada banyak lagi kejadian yang aku alami pada waktu mimpi ini. Tapi yang pasti secara garis besar, inilah yang aku alami
Tahun 2008 - 2009, adalah tahun yang semakin memberikan titik terang, salah satunya adalah dalam mimpiku aku selalu di datangi seorang lelaki tua, berjenggot, tinggi besar, hidung mancung, memakai baju putih seperti jubah, memakai sorban di kepalanya serta membawa tasbih. Dari kejadian ini aku terus berfikir, kenapa sosok orang tua tersebut sering muncul dalam mimpiku. Dan pakaian yang beliau kenakan juga tidak pernah berubah, selalu sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Lelaki tua disini bukan lelaki yang sudah tua renta dengan mamakai tongkat ditangannya, akan tetapi seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan badan tegap, tinggi dan berbadan besar. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, memiliki mata yang indah dan tajam tapi tetap terlihat lembut.
Ada dua mimpi dari beberapa mimpi yang lain yang membuat aku tak bisa melupakannya. Yang pertama suatu malam aku bermimpi berada disebuah tanah lapang yang tak ada seorangpun disekitarku. Yang kulihat hanyalah kabut putih yang membuat samar penglihatanku, seakan sunyi sepi dan tak berpenghuni. Namun saat aku melihat disekeliling tempat tersebut, ada sesosok lelaki tua yang memakai baju putih, dan benar lelaki tua tersebut adalah orang tua yang sering muncul dalam mimpiku. Beliau tersenyum padaku, sambil membawa baju di kedua tangannya. Beliau mendekat padaku, sehingga aku bisa jelas melihat wajahnya dalam mimpi, meskipun begitu aku tidak tahu kenapa kalau di dunia nyata seperti ini aku tidak bisa mendiskripsikan bagaimana wajah dan paras orang tua tersebut. Beliau mendekat padaku, kemudian beliau mengulurkan kedua tangannya. Di masing-masing tangan terdapat baju, disebelah kiri ada baju yang berwarna hitam atau merah kehitaman, aku sudah agak lupa yang pasti baju tersebut berwarna gelap, kemudian tangan yang disebelah kanan terdapat baju yang berwarna putih. Beliau tidak berkata apa-apa, hanya menatapku tajam dan seakan menyuruhku untuk memilih baju tersebut. Kemudian aku sempat berfikir, baju yang mana yang harus aku pilih, beliau tidak menyuruhku untuk memilih yang sebelah kiri ataupun kanan, beliau menyuruhku untuk memilih sendiri dan memberikan kebebasan untukku. Aku sempat memandang wajahnya, begitu lembut dan mententramkan hati, tak bisa kuceritakan bagaimana wajahnya, yang pasti saat melihat wajahnya ada kepuasan yang belum pernah aku dapatkan, ada ketenangan yang kurasakan. Kemudian aku melihat kedua baju tersebut, aku bingung harus pilih yang mana. Kulihat orang tua tersebut menungguku dengan sabar, seakan beliau memberikan kebebasan kepadaku baju mana yang akan pilih dan tak ada rasa kesal atau marah saat beliau menungguku untuk memilih baju yang berada tepat dihadapanku. Entah kenapa, dalam hatiku ingin sekali memilih baju yang berwarna putih. Akhirnya aku mengambil baju yang berwarna putih yang berada ditangan kanan orang tua tersebut. Dan saat kupegang, tiba-tiba baju tersebut menyala. Semakin kupegang semakin menyala, dan timbul rasa penasaran dalam hatiku, kemudian aku langsung mengambil dan memakainya. Ternyata baju putih yang aku pakai tersebut menyala seperti lampu terang benderang dan memancarkan sinar putih hingga menerangi sekitarku. Sekitarku yang awalnya sunyi sepi dan berkabut putih, seketika berubah menjadi terang benderang karena sinar yang muncul dari bajuku. Aku pernah melihat film-film yang menceritakan seorang putri/putra raja yang mendapatkan jubah kebesaran atau mahkota raja dan putri/putra raja tersebut langsung berputar-putar karena bahagia, begitu juga denganku, saat aku memakai baju tersebut aku begitu bahagia, aku langsung berputar-putar sambil tertawa bahagia. Perasaanku waktu itu sulit untuk aku ceritakan, karena ada rasa kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Benar-benar luar biasa, baju yang awalnya biasa-biasa saja yang hanya berwarna putih biasa langsung berubah bercahaya dan memancarkan sinar yang terang benderang, padahal pada waktu itu mimpi, namun aku sendiri sulit mempercayai bahwa itu adalah mimpi karena benar-benar terasa nyata bagiku. Karena terlalu bahagia, aku sampai lupa dengan beliau yang tadi memberikan baju tersebut. Saat kusadari, ternyata beliau sudah tidak ada didepanku. Kulihat disekelilingku namun tak kutemukan sosok beliau lagi. Namun yang aku ingat adalah, saat aku memilih baju warna putih yang berada ditangan kanan beliau, hal terakhir yang aku lihat adalah beliau tersenyum padaku. Senyumnya begitu lembut, seakan lelaki tua itu juga bahagia karena aku memilih baju putih tersebut. Inilah mimpiku yang sebenarnya sulit untuk aku mengerti, karena kejadian di alam mimpi tersebut seakan benar-benar nyata. Namun aku tidak pernah menceritakannya kepada siapapun, karena takut tidak ada yang percaya. Mimpi ini aku alami pada tahun 2008
Mimpi yang kedua adalah aku bermimpi bertemu dengan orang lelaki tua itu lagi dan lelaki tua tersebut masih tetap mengenakan pakaian yang sama, mimpi ini aku alami pada pada tahun 2009. Suatu malam aku bermimpi, aku berada didalam suatu rumah. Rumah tersebut begitu bersih dan indah, meja kursi serta korden penutup cendela tertata dengan rapi, lantai dan temboknya terlihat begitu bersih dan terawat. Akupun melihat-lihat isi rumah tersebut, ternyata seperti rumah pada umumnya. Ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, hiasan dinding dan lain sebagainya. Aku berfikir dalam mimpi, rumah siapakah ini? Disaat aku sibuk dengan pertanyaan-pertanyaanku sendiri, terdengar suara ada yang mengetok pintu dari luar. Aku agak takut, kok ada yang mengetok pintu padahal aku tidak tahu rumah siapakah ini. Kemudian dengan mengumpulkan keberanian, akupun berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut. Dan ternyata yang mengetuk pintu itu adalah lelaki tua yang sering kali muncul dalam mimpiku. Aku langsung tertunduk, dan beliaupun melihatku dengan tatapan yang sangat tajam. Aku seperti masih sulit untuk mempersilahkan beliau masuk, namun beliau begitu sabar menunggu didepan pintu sambil berdiri. Aku seperti sulit untuk mempersilahkan beliau untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian aku beranikan diri untuk memandang wajahnya kembali, dan aku tak bisa berkutik sedikitpun saat aku memandang wajahnya. Mungkin aku benar-benar terpesona memandang wajahnya, karena wajahnya benar-benar seperti lembut dan enak dipandang. Begitu halus dan bersih, wajahnya putih bersih, kulitnya begitu indah, pakaian yang beliau pakai begitu halus dan indah, putih bersih itu yang terlihat. Entah seperti apa aku harus menceritakan bagaimana sosok beliau, karena benar-benar aku tak bisa menceritakan secara gamblang dan detail. Karena apabila dilihat dengan jelas, ternyata kulit dan pakaian yang beliau pakai memancarkan sinar, meski tak begitu terang benderang, namun dapat terlihat ada cahaya yang muncul dari kulit beliau. Selang beberapa lama, akupun mempersilahkan beliau masuk ke dalam rumah, seperti orang-orang jawa biasanya, aku mempersilahkan dengan mengacungkan jempolku tanda untuk mempersilahkan beliau masuk. Beliau pun tersenyum padaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah, dan beliaupun langsung duduk di kursi yang sudah ada. Aku pun menyusul beliau untuk duduk, dan kamipun duduk secara berhadap-hadapan. Beliau duduk dikursi yang panjang, dan aku duduk di kursi yang pendek. Aku tidak berani melihat beliau, akupun hanya tertunduk diam. Beliaupun tak berkata-kata satu katapun. Jadi kondisinya kami berdua saling diam. Beliau memandangku dengan tajam, akan tetapi aku tak berani memandang beliau. Namun aku bisa merasakan, bahwa tatapan beliau adalah tatapan sayang, seperti tatapan seorang ayah yang sedang melihat anaknya. Dan akupun merasakan bahwa beliau masih tetap tersenyum padaku, padahal aku menunduk saat itu dan tidak memandang wajahnya, namun aku bisa tahu bahwa beliau tersenyum padaku. Beliau masih tetap tak berkata apapun juga dan hanya tersenyum melihatku. Kemudian aku terbangun dari tidurku. Inilah mimpiku yang tak bisa aku lupakan hingga saat in
Dari kejadian-kejadian tersebut, membuat aku semakin penasaran dan semakin ingin tahu apakah maksud dari suara adzan dan mimpi-mimpiku. Kemudian aku mencoba bertanya kepada orang yang ahli di bidang agama Kristen tentang hal tersebut, namun seakan jawaban yang aku terima tidak memberikan rasa puas bagiku. Masih ada sesuatu yang tidak aku mengerti, bahkan aku ingin mencoba mencari jawaban yang lain. Aku tidak berani sembarangan memilih orang untuk aku menceritakan tentang hal yang aku alami ini. Makanya aku terus berusaha untuk mencari orang yang tepat kepada siapa aku harus bercerita tentang yang aku alami tersebut. Kemudian aku menemukan salah satu orang yang memang hatiku seakan ingin sekali menceritakan kepada beliau, beliau adalah salah orang yang paham dan mengerti tentang agama Islam, sebagai salah satu tokoh agama di daerah beliau, beliau juga menjadi salah satu penggerak atau motorik dalam perkembangan agama Islam di daerah beliau. Beliau adalah salah satu anggota dari keluarga angkatku, karena memang sebelum aku pindah agama, aku memiliki keluarga angkat. Dan keluarga angkatku ini adalah beragama Islam semua, namun diantara kami tidak ada dinding pemisah, karena kami saling menyayangi dan menghormati. Hanya agama kami saja yang berbeda, selebihnya aku sudah seperti keluarga sendiri layaknya orang tua dan anak. Kemudian singkat cerita, secara perlahan-lahan aku mencoba menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami secara detail kepada beliau, dan tidak hanya yang aku ceritakan dalam tulisan ini, namun juga beberapa kejadian lainnya yang aku alami. Saat pertama kali beliau mendengar ceritaku, beliau sangat kaget. Bahkan beliau seakan tidak percaya, beliau juga sempat berkata : "Masyaallah..., Subhanallah..., apa yang kamu alami benar-benar adalah hidayah dari Allah. Bahkan saya sendiri yang bertahun-tahun menjadi Islam belum pernah mengalami seperti yang kamu alami. Memang Alloh-lah yang berkendak atas segala sesuatunya...", dari apa yang beliau katakan tersebut, membuat aku kembali berfikir, ternyata apa yang aku alami ini adalah sesuatu yang tidak biasa, bisa dibilang tidak semua orang mengalami apa yang aku alami. Dari beberapa penjelasan beliau, aku mencoba merenungkan dan mencoba untuk memahaminya. Entah kenapa saat beliau menerangkan kejadian-kejadian yang aku alami, aku benar-benar merasa puas. Namun aku tetap saja bertahan dengan keegoisanku, yang seakan mengenyampingkan keterangan dari beliau. Karena memang jelas sekali bahwa beliau memberikan penjelasan bahwa semua yang aku alami tersebut dari Allah swt, dan itu adalah sebuah petunjuk untukku, agar aku bisa berjalan dijalan yang benar, yaitu di jalan Islam, apalagi setelah beliau berkata : "InsyaAllah, apa yang kamu alami adalah benar-benar dari Allah, dan Allah ingin kamu tahu, bahwasannya kamu diberikan isaroh untuk menjadi seorang Muslim yaitu dengan menjadi Mualaf", aku tahu apa maksud dari mualaf, karena dulu aku pernah kenal dan tahu dengan kata-kata mualaf. Aku berontak, karena aku sudah menjadi kristen lebih dari 15 tahun. Bagaimana mungkin aku menjadi mualaf hanya karena kejadian - kejadian tersebut, sangat bodoh bagiku. Itu yang aku alami saat itu dan aku tidak ingin mencari jawaban dari kejadian-kejadian yang alami lagi. Karena sudah jelas, apabila aku mencari jawaban kembali, jawaban yang aku dapatkan adalah jawaban yang mengajak aku untuk menjadi mualaf. Bagi orang lain mungkin mudah untuk mengatakannya, tapi bagiku itu adalah sesuatu yang sangat berat. Aku hidup dan berkembang dalam lingkungan kristen, jiwa kristen itu sudah terus bertumbuh dalam diriku dan aku tidak mungkin meninggalkan kristen begitu saja. "Apa kata dunia???!!!", dalam hatiku berkata demikian karena memang aku benar-benar merasa tidak mungkin meninggalkan kristen. Seiring berjalannya waktu, membuat aku semakin tak mengerti, ada perang bathin yang aku rasakan. Bagaimana perang bathinku ini, tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Karena memang yang aku rasakan begitu sulit dan sangat tidak masuk akal bagiku waktu itu, aku terus saja dihantui rasa bersalah karena kenapa aku bertanya kepada orang tersebut. Tapi ada satu hal yang membuat aku tak mengerti, semakin aku ingin menjauhi perasaan pindah agama, hatiku terus ingin menuju kesana. Aku berperang dengan hatiku sendiri, dan itu membuat sangat tidak nyaman. Saat aku beribadah kristen pun, aku merasa ada yang kurang. Hatiku sudah menolak dengan beberapa liturgi (jalannya suatu ibadah kristen) yang aku ikuti ataupun yang aku pimpin. Hatiku seakan mempunyai jalan pikirannya sendiri, yang pada akhirnya aku terus berperang dengan kata hatiku. Bingung dan penat, itu yang aku alami. Karena memang aku merasa ada sesuatu yang harus aku temukan, harus ada sesuatu yang aku dapatkan. Tapi tidak mungkin aku menjadi Islam, karena latar belakangku saja adalah aktivis gereja, sangat tidak mungkin sekali aku menjadi mualaf. Ditambah aku adalah Ketua Mahasiswa Kristen dikampusku, apa kata teman dan dosenku apabila aku menjadi mualaf, pasti sangat memalukan sekali. Setiap malam aku terus saja berperang dengan kata hatiku, dan seakan aku ingin teriak sekencang-kencangnya karena aku sudah tidak kuat. Akibat dari perang bathin tersebut aku malah merasa sudah menjadi seorang yang atheis (tidak percaya adanya Tuhan), karena sekitar 2 minggu aku terus saja tidak ingin berdoa apapun dan tidak ingin beribadah apapun. Aku benar-benar meninggalkan kegiatan ibadah apapun. Dan itu sangat menyakitkan bagiku
Singkat cerita, pada suatu malam, tepatnya pada hari Jum'at pukul 01.00 WIB dini hari, seperti ada yang membangunkan aku, sangat terasa sekali ada yang seperti menyentuhku dan membangunkan aku dari tidur. Kemudian aku terbangun dari tidur, aku pikir salah satu keluarga angkatku yang membangunkan aku karena waktu itu aku tidur dirumah keluarga angkatku. Namun saat aku terbangun, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku sempat kaget dan langsung merinding, karena sangat aneh bagiku kejadian tersebut. Disaat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, siapakah yang membangunkan aku tadi, tiba-tiba ada suara yang lembut dan sangat menggetarkan hati berkata : "Islam adalah agama yang benar, Islam adalah agamamu. Apa salahnya kamu pindah Islam? Karena sesungguhnya Islam adalah baik bagimu", saat aku menulis inipun, aku kembali merinding apabila mengingat kejadian tersebut. Waktu itu hatiku sungguh merasa tenang mendengarkan suara yang lembut tersebut, namun sebenarnya aku sangat kaget dan sangat takut, karena ada suara namun tidak ada orangnya. Kemudian suara itu berkata, "Bangun dan ambillah wudhlu. Karena itu baik bagimu", kemudian aku terbangun dari tempat tidurku dan pergi kekamar mandi, waktu itu aku sebenarnya bingung kenapa aku seperti menuruti suara tersebut, namun memang sebenarnya hatiku yang menggerakkan agar pikiran dan tubuhku untuk mengikuti suara tersebut. Setelah dikamar mandi aku kembali dihadapkan dengan pertanyaan, bagaimana caranya ber-wudhlu, karena aku benar-benar tidak tahu. Selang beberapa detik, suara lembut itu muncul kembali seraya berkata, "Bersihkanlah wajah, tangan dan kakimu dengan air, sebagaimana yang sudah kamu ketahui", mendengar suara tersebut, aku langsung teringat sebuah tayangan di televisi, apabila adzan maghrib, tayangan tersebut menampilkan orang-orang yang ber-wudhlu, meski tidak semua ditayangkan, namun aku masih ingat apa saja yang harus dibersihkan. Kemudian aku membasuh wajah, tangan dan kaki, yang sebenarnya aku tidak tahu sama sekali bagaimana caranya ber-wudhlu, hanya saja aku yakin sekali bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Setelah ber-wudhlu aku kembali ke tempat tidur, aku bingung mau apa lagi. Kemudian suara tersebut muncul kembali, "Berdoalah kepada Allah, sebagaimana orang Islam berdoa. Mintalah kepada Allah apa yang ada dalam hatimu, karena sesungguhnya Allah melihatmu sekarang ini dan Allah tahu apa yang kamu lakukan, karena Allah menunggumu", setelah itu aku mencoba untuk duduk dengan keadaan kaki seperti bersujud, rasanya ingin sekali sholat, namun karena aku tidak bisa sholat, aku hanya duduk lalu melakukan sujud 3 kali seperti orang sholat yang pernah aku lihat. Setelah sujud 3 kali, kemudian aku menengadahkan tanganku, sambil berdoa : "Ya Allah, inilah hamba, apa adanya hamba, hambamu yang penuh dengan dosa ini, mengharapkan kasih sayang dariMu. Jika memang Engkau mengijinkan hamba mualaf, berikanlah kesempatan kepada hamba untuk melakukan syahadat sekarang ini juga, namun jika Engkau tidak menginginkan hamba mualaf, ambillah nyawa hamba sekarang juga, daripada hamba hidup dalam keadaan yang lebih berdosa karena tidak beragama dan tidak bertuhan, amin.", dengan air mata yang terus mengalir, aku sendiri sebenarnya bingung kenapa aku bisa berdoa seperti itu, namun itu yang ada dalam hatiku dan memang itu yang ingin aku sampaikan. Aku tahu kata "syahadat" dari salah satu anggota keluarga angkatku, namun beliau tidak memberikan isi atau mengajarkan kalimat syahadat bagiku. Yang hanya disampaikan, bila ingin masuk Islam, harus membaca kalimat syahadat. Jadi pada intinya aku sama sekali tidak bisa membaca kalimat syahadat, itu saja. Tapi malam itu, aku sangat yakin sekali untuk membaca syahadat. Karena rasa keyakinanku tersebut, selang beberapa detik setelah aku berdoa, ada suara yang muncul kembali berkata, "Syahadat-lah, Karena sesungguhnya syahadatmu itu dari hatimu", kemudian suara tersebut berkata kembali, "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh", kemudian aku pun mengikuti suara tersebut secara perlahan-lahan dan berulang-ulang kali, suara tersebut tidak hanya terdengar satu kali, namun beberapakali muncul hingga aku bisa membaca syahadat sendiri dengan hati dan mulutku sendiri, dengan penuh keyakinan akupun berkata : "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh". Setelah aku membaca kalimat syahadat tersebut, aku langsung merasa puas, lega dan tenang. Aku seperti merasakan sesuatu yang baru, sesuatu kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan, seakan semua beban dalam hidupku seperti hilang begitu saja, seperti tidak ada masalah dan tidak ada beban hidup yang aku rasakan. Benar-benar perasaan yang tidak dapat terkatakan. Kemudian sekitar pukul 08.00 WIB pagi aku berkata kepada keluarga angkatku, bahwasannya aku siap menjadi mualaf, namun aku tidak menceritakan kejadian tadi malam yang aku alami. Semua anggota keluarga angkatku langsung menangis histeris dan langsung memelukku dan menciumiku, semua terasa bahagia waktu itu. Kebahagiaan yang tidak dapat kugambarkan dengan tulisan, karena tangisan mereka adalah tangisan bahagia yang sungguh sangat menggetarkan hati. Kemudian aku disuruh untuk mandi taubat, dengan diberitahukan cara-caranya. Setelah mandi aku diajarkan untuk berwudhlu, dan setelah wudhlu aku diberi sarung dan baju koko. Dimana sarung dan baju koko adalah pakaian Islam yang baru pertama kali aku pakai, dan kemudian keluarga angkatku menyuruhku untuk mengikuti setiap apa yang dilakukan nanti, maksudnya aku harus mengikuti gerakan-gerakan sholat apabila dimasjid nanti, karena aku akan diajak sholat Jum'at. Setelah itu aku diajak ke sebuah masjid yang ternyata masjid tersebut sudah lumayan penuh dengan jama'ah sholat Jum'at. Awalnya aku takut untuk masuk masjid, karena seakan prosesnya terlalu cepat bagiku, aku yang baru saja masuk Islam barusan, tiba-tiba sudah harus masuk ke dalam masjid, yang notabene-nya adalah tempat ibadah yang baru kenal. Namun aku tetap diajak untuk masuk dan duduk serta mengikuti gerakan-gerakan sholat Jum'at. Setelah sholat Jum'at, kemudian anggota keluarga angkatku tersebut maju kedepan dan membisikkan sesuatu kepada orang yang menjadi pemimpin sholat Jum'at, kemudian beliau memberikan pengumuman bahwa ada seorang yang mualaf, semua jama'ah bingung, toleh sana toleh sini, karena bingung siapa yang menjadi mualaf. Kemudian namaku disebut, dan aku disuruh maju. Dengan didampingi keluarga angkatku, akupun memberanikan diri untuk maju kedepan. Kemudian didepan para jama'ah aku diajak untuk mengucapkan kalimat syahadat kembali, dengan berlinangkan air mata, semua para jama'ah pun ikut dalam suasana yang sangat luar biasa bagi mereka siang itu. Semua para jama'ah menangis, bahkan sampai ada yang tersedu-sedu karena melihatku akan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian aku dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, "Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh, wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh". Setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, semua para jama'ah maju kedepan dan memberikan ucapan selamat, tak sedikit juga yang merangkulku, semua terbawa suasana waktu itu, isak tangis yang mengiringi jabat tangan kami, akupun tidak kuat menahan air mata. Sungguh benar-benar kejadian yang luar biasa bagiku, aku seperti hidup baru, dan aku pun seperti lahir baru dan seolah-olah baru terlahir di dunia ini. Entah bagaimana untuk menggambarkan suasana waktu itu, namun tak perlu aku menggambarkan suasana tersebut, aku yakin para pembaca sekalian pasti paham dengan keadaan suasana tersebut. Hari itu adalah hari yang berharga bagiku, bahkan menjadi hari yang luar biasa bagiku. Hari yang menjadi awal dan pertama kali aku masuk Islam, hari yang pertama kali aku memakai sarung dan baju koko, hari yang pertama kali aku belajar wudhlu dan belajar sholat. Sungguh sangat istimewa bagiku. Hari itu adalah Hari Jum'at tepatnya tanggal 24 Juli 2009 / 2 Syaban 1430 H. Hari yang tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku
And I would like to say, "that day is the best day I ever had" atau hari itu adalah hari yang terbaik yang pernah aku alami atau aku miliki. Dan sungguh awal yang sangat indah sekali, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menjadi mualaf pada hari Jum'at, yang sekarang aku telah tahu bahwa hari Jum'at adalah hari yang istimewa bagi umat Muslim. Dan alhamdulillah sekarang aku adalah seorang yang beragama Islam, dan aku bangga menjadi orang Muslim. Inilah sebagian cerita hidupku yang menjadi salah satu alasan kenapa aku pindah agama. Cerita hidup dari seorang hamba Allah, yang sebenarnya tidak layak untuk menjadi hamba-NYA karena aku sadar, bahwa hidupku sangatlah berdosa dan sangatlah hina, aku bukan siapa-siapa, dan akupun bukan keturunan dari pembesar-pembesar atau tokoh-tokoh yang besar. Namun aku yakin, bahwa semua itu adalah skenario dari Allah, dan sesungguhnya Allah tahu yang terbaik bagi setiap ummat-NYA serta Allah berhak kepada siapa Allah akan memilih untuk menjadi ummat-NYA. Dan kini, Islam adalah jalan hidupku yang terakhir, tak akan pernah kugantikan jalan hidupku ini dengan apapun juga. Seperti ada tertulis : "............................. Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus" ((Terjemahan dari QS. Al Baqarah : 142 ))
Kini, aku berada ditempat ini, disebuah daerah yang bernama Sarang, sebuah daerah yang baru aku kenal dan aku pijak sekarang ini, tempat yang begitu banyak menampilkan berbagai kegiatan islami, tempat dimana ajaran Islam ditegakkan dan disyi'arkan dengan berbagai bedah ilmu Islam, Lembaga Pendidikan serta adanya beberapa ulama besar yang salah satunya adalah seorang syaikina yang patut menjadi panutan yang sudah diakui oleh dunia, KH. Maimoen Zubair. Aku merasa menemukan ilmu yang sudah sepatutnya aku pelajari, bahkan aku merasa, hakikatnya mencari ilmu adalah di sini. Tempat yang sebenarnya baru aku kenal, namun aku sepertinya tidak ingin meninggalkan tempat ini. Tempat dimana orang menyebutnya sebagai Kota Santri atau Kaum Sarungan, dengan ilmu salaf yang diajarkan, aku merasa "tepat" berada disini. Pun juga sebenarnya ada cerita tersendiri mengapa aku bisa sampai ditempat ini. Sungguh rahasia Allah yang sulit untuk aku mengerti, namun aku tak perlu tanya mengapa, karena semua ini adalah bagian dari rencana Allah dalam hidupku. Meskipun semua anggota keluargaku masih beragama kristen. Namun alhamdulillah sekarang anggota keluargaku sudah mau menerimaku dalam keadaan Islam. Dan semoga merekapun mendapatkan hidayah seperti yang aku alami, amin
Aku ingin belajar, aku ingin mencari ilmu serta aku ingin mendalami ilmu Islam yang sebenar-benarnya. Dengan mengikuti salah satu Lembaga Pendidikan di PP. Al-Anwar Sarang, aku ingin belajar agama Islam dasar, meski awalnya sulit, namun aku yakin aku pasti bisa. Lembaga Pendidikan yang baru aku kenal dengan nama LP. Muhadhoroh, dan berada disalah satu kelasnya dengan sebutan SP, sungguh sangat menorehkan semangat tersendiri bagiku. Meski terasa lucu, karena semua teman-temanku umurnya jauh dibawahku, namun tak mengapa bagiku. Karena sesungguhnya teman-teman kecilku itu telah memberikan warna yang indah dalam coretan pena cerita hidupku, dan kini mereka menjadi salah satu semangatku untuk belajar. Meski setiap hari harus menahan marah dan jengkel karena sikap mereka yang terkadang diluar batas, seperti kenakalan mereka, keramaian mereka didalam kelas, namun sebenarnya mereka sudah menjadi bagian dalam hidupku. Berada dikelas SP, sudah menunjukkan siapa aku yang sebenarnya, seseorang yang ingin belajar Islam dari dasar. Karena aku tahu, mencari ilmu tidak pandang usia dan latar belakang, yang ada hanya keinginan yang kuat dan kesempatan. Teman-teman kecilku, aku bangga kepada kalian dan sesungguhnya keberadaan kalian adalah semangatku saat ini. Disaat aku jenuh dengan aktifitas dan pekerjaanku, karena tingkah laku kalian yang lucu, seakan kejenuhanku itu hilang begitu saja disaat aku bersama mereka. Terimakasih teman-teman kecilku, kalian sudah menjadi teman dalam hidupku yang tak mungkin aku lupakan. Dan mari kita bersama-sama belajar untuk memahami dan memaknai kehidupan dengan ilmu Islam yang kita pelajari saat ini
 Inilah cerita hidupku, mualaf, yang semata-mata cerita ini bukan untuk sesuatu yang dibangga-banggakan untuk kesombongan, namun tulisan ini aku buat untuk mensyi'arkan kabar baik, tentang kebaikan dan kebesaran Allah swt. Semoga saja tulisanku ini bermanfaat dan dapat memberikan nilai tersendiri bagi setiap pembaca sekalian, amin.

Sumber : http://ahadan.blogspot.com/2011/12/kisah-nyata-orang-yang-masuk-islam-yang.html

Syaikh Mohammad Said Ramadhan Al-Bouti

Syaikh Mohammad Said Ramadhan Al-Bouti (lahir 1929) di Pulau Botan Turki, seorang ulama yang mutakhoshish dalam ilmu Islam. Beliau sangat dihormati oleh banyak ulama terkemuka di dunia Islam. Bahkan pengaruhnya telah tumbuh secara signifikan di dunia Islam, terutama dengan kaum muda Muslim.

Beliau menimba ilmu pendidikan di madrasah Damaskus kemudian ke Mesir untuk belajar di Universitas Al-Azhar Asy-Syarief dan mendapatkan gelar doktor Fakultas Syari'ah. Beliau telah menulis lebih dari 60 buku tentang isu-isu Islam dan menjadi uswah dalam menjaga madzhab arba'ah dan aqidah ahlu sunnah dalam manhaj asya'irah.

Beliau berasal dari Kurdi. Lahir pada tahun 1929 di Botan, Turki. Kemudian hijrah bersama ayahnya, Mulla Ramadhan Al-Bouti ke Damaskus pada tahun 1933, pada saat itu beliau masih berumur 4 tahun.

Syeikh Al-Bouti merupakan ulama Sunni yang ahli dalam bidang akidah dan falsafah madiyah. Beliau telah menulis sebuah buku kritik materialisme dialektis, tetapi dalam pandangan fiqih yang dijadikan benteng untuk madzhab fiqih Islam dan akidah sunni Asy'ariyah dari pandangan salafi. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul, "اللامذهبية أكبر بدعة تهدد الشريعة الإسلامية" artinya: tidak bermadzhab adalah sebesar-besar bid'ah yang mengancam syari'ah islamiyah dan buku yang lain berjudul "السلفية مرحلة زمنية مباركة وليست مذهب إسلامي"

Dalam salah satu bukunya yang paling populer "الجهاد في الإسلام" artinya: jihad dalam Islam (tahun 1993): Al-Bouti menunjukkan bagaimana pemahaman yang buruk tentang istilah jihad telah menyebabkan pelecehan terhadap Muslim maupun non-Muslim. Mereka telah memanipulasi ide jihad untuk keuntungan mereka sendiri, dengan kedok bahwa jihad harus dilakukan sesuai dengan dasar fiqh Islam.

Beliau adalah seorang ulama' yang tidak berpolitik. Terlihat beliau sangat menjauhi hal ini, serta menyarankan pada ulama'-ulama' yang lain untuk meninggalkan perpolitikan.

Shiekh Al-Bouti telah memberikan dampak besar pada dunia Muslim, khususnya melalui karya ilmiahnya. Beliau menulis untuk berbagai jurnal. Dia juga telah mengembangkan reputasi karena kemampuannya menangani dan menanggapi pertanyaan isu-isu yang berkenaan dengan hukum Islam.

Bagi Anda yang ingin mengunjungi website beliau, silahkan buka bouti.net

Pendidikan:
Beliau menyelesaikan dirasah tsanawiyah asy-syar'iyah di ma'had at-tawajjuh al-islamiyyah di Suriah
Pada tahun 1953 beliau mengambil Fakultas Syariah di Universitas Al Azhar, dan memperoleh syahadah 'alamiyah pada tahun 1955.
Pada tahun berikutnya beliau masuk Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar, dan memperoleh Diploma Pendidikan di akhir tahun itu.
Beliau diangkat dosen di Fakultas Syariah Universitas Damaskus pada tahun 1960.
Beliau dikirim ke Fakultas Al-Azhar untuk menyelesaikan program doktoral dalam ushul syari'ah islamiyah dan memperoleh syahadah pada tahun 1965.
Beliau diangkat sebagai dosen Fakultas Syariah di Universitas Damaskus pada tahun 1965 dan juga sebagai wakil dekan. Selang beberapa waktu beliau kemudian diangkat menjadi dekan Fakultas Syari'ah.
Beliau masih aktif dalam berbagai mu'tamar dan seminar internasional.
Beliau merupakan anggota majma' al-maliky liuntuk Penelitian Peradaban Islam di Amman.
Beliau juga anggota Dewan Tertinggi dari Akademi Oxford.
Beliau adalah Dewan Penasehat tinggi Anggota untuk Yayasan Tabah di Abu Dhabi.
Beliau mampu berbicara dalam bahasa Turki dan Kurdi, dan lancar dalam berbahasa Inggris

Sumber : http://ahadan.blogspot.com/2012/02/download-karya-karya-said-ramadhan-al.html

Kitab-Kitab Maulid Nabi Muhammad

Meneliti kembali sejarah, ditemukan banyak ulama yang membahas topik mawlid Nabi SAW. Topik mawlid sebenarnya adalah sebagian daripada ilmu sirah Nabi SAW. Namun, lama-kelamaan ia menjadi satu disiplin penulisan yang mempunyai konsep yang sedikit berbeda dengan kitab-kitab sirah. Di mana kebanyakan kitab-kitab mawlid ini ditulis dengan gubahan gaya bahasa yang tinggi, puitis dan berima.

Mawlid Nabi SAW merupakan suatu topik yang dapat dianggap evergreen di sepanjang zaman. Ini karena ia datang pada setiap tahun yaitu pada bulan Rabiul Awwal. Soal setuju atau tidak setuju menyambutnya menjadi isu yang masyhur di kalangan ahli ilmu. Bagaimanapun, mawlid menceritakan keindahan peribadi dan riwayat hidup Nabi SAW bagi orang yang cinta tidak akan mendatangkan rasa jemu dan bosan. Apatah lagi seseorang itu akan bersama dengan orang yang dikasihi dan dicintai di akhirat kelak.

Berdasarkan kajian, didapati amat banyak kitab-kitab yang telah dikarang oleh para alim ulama berkaitan mawlid Nabi SAW. Berikut adalah sebahagian di antara kitab-kitab berkenaan yang disusun menurut kronologi:

Abad Ketiga Hijrah

Menurut al-‘Allamah Sayyid Ahmad al-Ghumari di dalam kitabnya Ju’nah al-‘Attar (hlm. 12-13):

1- “Orang pertama yang aku tahu telah menyusun mengenai mawlid ialah Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi, pengarang kitab al-Maghazi dan kitab al-Futuh, meninggal dunia tahun 206 H, dan ada yang menyebut tahun 209 H. Beliau mempunyai dua buah kitab tentangnya, iaitu kitab al-Mawlid al-Nabawi dan kitab Intiqal al-Nur al-Nabawi, sebagaimana yang dinukilkan oleh al-Suhaili di dalam al-Rawdh sebahagian daripadanya.

2- Demikian juga telah menyusun mengenai mawlid dari kalangan ulama terdahulu; al-Hafiz Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘A’id, pengarang al-Sirah yang masyhur, meninggal dunia tahun 233 H.

3- Dan al-Hafiz Abu Bakr ibn Abi ‘Asim, pengarang banyak kitab, meninggal dunia tahun 287 H” – tamat nukilan.

Kitab al-Hafiz Abu Bakr ibn Abi ‘Asim ini pernah diriwayatkan oleh Imam al-Ghazali. Kata muridnya al-Hafiz ‘Abd al-Ghafir al-Farisi (w. 529H) mengenai gurunya itu: “Beliau telah mendengar berbagai-bagai hadis secara formal bersama-sama para fuqaha’. Antara yang saya temukan bukti sama‘nya ialah apa yang beliau dengar daripada kitab Mawlid al-Nabi SAW karangan Abu Bakr Ahmad bin ‘Amr ibn Abi ‘Asim al-Syaybani, riwayat al-Imam Syeikh Abu Bakr Muhammad bin al-Harith al-Asbahani, dari Abu Muhammad ‘Abdullah bin Muhammad bin Ja‘far ibn Hayyan, dari pengarangnya. Imam al-Ghazali telah mendengarnya dari Syeikh Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Ahmad al-Khawari - Khawar Tabaran - rahimahullah, bersama-sama dua orang anaknya, Syeikh ‘Abd al-Jabbar dan Syeikh ‘Abd al-Hamid serta sekumpulan para fuqaha’… Kitab tersebut di dalam dua juzuk yang didengar oleh beliau”. (Tabaqat al-Syafi‘iyyah al-Kubra, 6/212-214)

Abad Keempat dan Kelima Hijrah

Karya-karya mawlid di dalam abad keempat dan abad kelima setakat ini belum ditemukan oleh al-faqir penulis. Jika ada, mohon diberitahu. Namun, penulisan mengenai mawlid ini terus dilakukan di kalangan ramai ulama pada abad-abad kemudiannya.

Abad Keenam Hijrah

4- al-Durr al-Munazzam fi Mawlid al-Nabi al-A‘zam oleh al-‘Allamah Abu al-‘Abbas Ahmad bin Mu‘id bin ‘Isa al-Uqlisyi al-Andalusi (w. 550H).

5- al-‘Arus oleh al-Hafiz Abu al-Faraj ‘Abd al-Rahman bin ‘Ali al-Hanbali, yang terkenal dengan panggilan Ibnu al-Jawzi (w. 597H). Kitab ini telah disyarah oleh Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Jawi (w. 1315H) dengan judul: (بغية العوام في شرح مولد سيد الأنام عليه الصلاة والسلام المنسوبة لابن الجوزي) atau (البلوغ الفوزي لبيان ألفاظ مولد ابن الجوزي).

Abad Ketujuh Hijrah

6- al-Tanwir min Mawlid al-Siraj al-Munir oleh al-Hafiz Abu al-Khattab ibn Dihyah al-Kalbi (w. 633 H). Beliau telah menghadiahkan kitab ini kepada al-Malik al-Muzaffar, raja Arbil yang selalu menyambut malam mawlid Nabi SAW dan siangnya dengan sambutan meriah yang tidak pernah didengar seumpamanya. Baginda telah membalas beliau dengan ganjaran hadiah yang banyak.

7- (المولد النبوي) oleh al-Syeikh al-Akbar Muhyi al-Din Muhammad bin ‘Ali ibn al-‘Arabi al-Hatimi (w. 638H).

8- ‘Urfu al-Ta‘rif bi al-Mawlid al-Syarif oleh Imam al-Hafiz Abu al-Khair Syams al-Din Muhammad bin ‘Abd Allah al-Jazari al-Syafi‘i (w. 660H).

9- (الدر النظيم في مولد النبي الكريم) oleh Syeikh Abu Ja‘far ‘Umar bin Ayyub bin ‘Umar ibn Arsalan al-Turkamani al-Dimasyqi al-Hanafi, yang dikenali dengan nama Ibn Taghru Bik (w. 670H).

10- (ظل الغمامة في مولد سيد تهامة) oleh Syeikh Ahmad bin ‘Ali bin Sa‘id al-Gharnati al-Maliki (w. 673H).

11- (الدر المنظم في مولد النبي المعظم) oleh al-‘Allamah Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Husain al-‘Azfi. Ia disempurnakan oleh anaknya, Abu al-Qasim Muhammad (w. 677H).

Abad Kelapan Hijrah

12- (المورد العذب المعين/ الورد العذب المبين في مولد سيد الخلق أجمعين) oleh Syeikh Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-‘Attar al-Jaza’iri (w. 707H).

13- (المنتقى في مولد المصطفى) oleh Syeikh Sa‘d al-Din Muhammad bin Mas‘ud al-Kazaruni (w. 758H). Ia di dalam bahasa Parsi, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh anaknya, Syeikh ‘Afif al-Din.

14- (الدرة السنية في مولد خير البرية) oleh al-Hafiz Salah al-Din Khalil ibn Kaykaldi al-‘Ala’i al-Dimasyqi (w. 761H).

15- Mawlid al-Nabi SAW oleh Imam al-Hafiz ‘Imad al-Din Isma‘il bin ‘Umar ibn Kathir (w. 774H). Ia telah ditahqiq oleh Dr. Solah al-Din al-Munjid. Ia juga telah disyarahkan oleh al-Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafiz, mufti Tarim, dan diberi komentar oleh al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, yang telah diterbitkan di Syria tahun 1387 H.

16- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Sulayman bin ‘Awadh Basya al-Barusawi al-Hanafi (w. sekitar 780H), imam dalam wilayah Sultan Bayazid al-‘Uthmani.

17- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Muhammad ibn ‘Abbad al-Randi al-Maliki (w. 792H), pengarang Syarah al-Hikam.

Abad Kesembilan Hijrah

18- al-Mawrid al-Hani fi al-Mawlid al-Sani oleh al-Hafiz ‘Abd al-Rahim bin Husain bin ‘Abd al-Rahman, yang terkenal dengan nama al-Hafiz al-Iraqi (w. 808 H).

19- (النفحة العنبرية في مولد خير البرية صلى الله عليه وسلم) oleh al-‘Allamah Majd al-Din Muhammad bin Ya‘qub al-Fairuz abadi (w. 817H).

20- (جامع الآثار في مولد المختار) oleh al-Hafiz Muhammad ibn Nasir al-Din al-Dimasyqi (w. 842H). Ia di dalam 3 juzuk. Beliau juga telah menulis dua buah kitab mawlid lain, iaitu: (المورد الصادي في مولد الهادي) dan (اللفظ الرائق في مولد خير الخلائق).

21- (تحفة الأخبار في مولد المختار) oleh al-Hafiz Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 852H), dicetak di Dimasyq tahun 1283H.

22- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh ‘Afif al-Din Muhammad bin Muhammad bin ‘Abd Allah al-Husayni al-Tibrizi (w. 855H).

23- (الدر المنظم في مولد النبي المعظم) oleh Syeikh Syams al-Din Muhammad bin ‘Uthman bin Ayyub al-Lu’lu’i al-Dimasyqi al-Hanbali (w. 867H). Ia di dalam 2 jilid, dan kemudian telah diringkaskan dengan judul (اللفظ الجميل بمولد النبي الجليل).

24- (درج الدرر في ميلاد سيد البشر) oleh Syeikh Asil al-Din ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Latif al-Husayni al-Syirazi (w. 884H).

25- (المنهل العذب القرير في مولد الهادي البشير النذير صلى الله عليه وسلم) oleh al-‘Allamah Abu al-Hasan ‘Ali bin Sulaiman bin Ahmad al-Mardawi al-Maqdisi (w. 885H), syeikh Hanabilah di Dimasyq.

26- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-Sayyid ‘Umar bin ‘Abd al-Rahman bin Muhammad Ba‘alawi al-Hadhrami (w. 889H).

Abad Kesepuluh Hijrah

27- al-Fakhr al-‘Alawi fi al-Mawlid al-Nabawi oleh al-Hafiz Syams al-Din Muhammad bin ‘Abd al-Rahman yang terkenal dengan nama al-Hafiz al-Sakhawi (w. 902H).

28- (درر البحار في مولد المختار) oleh Syeikh Syihab al-Din Ahmad bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Karim al-Nabulusi, yang masyhur dengan nama Ibn Makkiyyah (w. 907H).

29- Al-Mawarid al-Haniyyah fi Mawlid Khair al-Bariyyah oleh al-‘Allamah al-Sayyid ‘Ali Zain al-‘Abidin al-Samhudi al-Hasani (w. 911H).

30- (المرود الأهنى في المولد الأسنى) oleh Syeikhah ‘A’isyah bint Yusuf al-Ba‘uniyyah (w. 922H). Barangkali ini satu-satunya kitab mawlid karya seorang syeikhah!

31- (الكواكب الدرية في مولد خير البرية) oleh Syeikh Taqiy al-Din Abu Bakr bin Muhammad bin Abi Bakr al-Hubaisyi al-Halabi al-Syafi`i (w. 930H).

32- Mawlid al-Nabi SAW oleh Mulla ‘Arab al-Wa‘iz (w. 938H).

33- Mawlid al-Nabi SAW atau Mawlid al-Daiba‘i oleh al-Muhaddith Syeikh ‘Abd al-Rahman bin ‘Ali bin Muhammad bin 'Umar al-Daiba‘i al-Syafi`i (w. 944H), murid al-Hafiz al-Sakhawi. Mawlid al-Daiba‘i ini antara kitab mawlid yang banyak dibaca orang sehingga kini. Ia telah ditahqiq dan ditakhrij hadisnya oleh al-‘Allamah Dr. al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki.

34- Mawlid al-Nabi SAW nazam Turki oleh Syeikh ‘Abd al-Karim al-Adranahwi al-Khalwati (w. 965H).

35- Itmam al-Ni‘mah ‘ala al-‘Alam bi Mawlid Sayyid Walad Adam dan al-Ni‘mah al-Kubra ‘ala al-‘Alam fi Mawlid Sayyid Walad Adam oleh Imam al-‘Allamah Ahmad ibn Hajar al-Haytami al-Makki al-Syafi‘i (w. 974H). Ia telah disyarah oleh beberapa ulama, antaranya oleh:

- Syeikh Muhammad bin ‘Ubadah bin Barri al-‘Adawi al-Maliki (w. 1193H) (حاشية على مولد النبي لابن حجر).

- Syeikh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri al-Syafi‘i (w. 1277H), Syeikhul Azhar dengan kitabnya (تحفة البشر على مولد ابن حجر).

- Syeikh Hijjazi bin ‘Abd al-Muttalib al-‘Adawi al-Maliki (w. sesudah 1211H) (حاشية على مولد الهيثمي).

- Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Mansuri al-Syafi‘i al-Khayyat (اقتناص الشوارد من موارد الموارد في شرح مولد ابن حجر الهيتمي), selesai tahun 1166H.

Ibn Hajar al-Haytami juga telah mengarang kitab (تحرير الكلام في القيام عن ذكر مولد سيد الأنام) tentang masalah bangun berdiri ketika bermawlid.

36- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-‘Allamah Muhammad bin Ahmad al-Khatib al-Syirbini al-Syafi‘i (w. 977H).

37- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-‘Allamah Syeikh Najm al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Ali al-Ghiti al-Syafi‘i (w. 981H). Ia telah disyarahkan oleh Syeikh ‘Ali bin ‘Abd al-Qadir al-Nabtini al-Hanafi (w. 1061H) (شرح على مولد النجم الغيطي).

Abad Kesebelas Hijrah

38- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Syams al-Din Ahmad bin Muhammad bin ‘Arif al-Siwasi al-Hanafi (w. 1006H).

39- al-Mawrid al-Rawi fi al-Mawlid al-Nabawi oleh al-‘Allamah Nur al-Din ‘Ali bin Sultan al-Qari al-Harawi al-Hanafi (w. 1014H). Kitab ini telah ditahqiq oleh al-‘Allamah Dr. al-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki.

40- (المنتخب المصفي في أخبار مولد المصطفى) oleh al-‘Allamah al-Sayyid ‘Abd al-Qadir bin Syeikh bin ‘Abd Allah bin Syeikh al-‘Aidarusi (w. 1038H).

41- (مورد الصفا في مولد المصطفى صلى الله عليه وسلم) oleh al-‘Allamah Muhammad ‘Ali bin Muhammad Ibn ‘Allan al-Bakri al-Siddiqi al-Makki al-Syafi‘i (w. 1057H).

Abad Kedua Belas Hijrah

42- (الجمع الزاهر المنير في ذكر مولد البشير النذير) oleh Syeikh Muhammad bin Nasuh al-Askadari al-Khalwati, yang masyhur dengan nama Nasuhi al-Rumi (w. 1130H).

43- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-‘Allamah Muhammad bin Ahmad bin Sa‘id, yang masyhur dengan nama Ibn ‘Aqilah al-Makki (w. 1150H).

44- Mawlid al-Nabi SAW nazam Turki oleh Syeikh Sulaiman bin ‘Abd al-Rahman bin Solih al-Rumi (w. 1151H).

45- (المورد الروي في المولد النبوي) oleh Syeikh Qutb al-Din Mustafa bin Kamal al-Din bin ‘Ali al-Siddiqi al-Bakri al-Dimasyqi al-Hanafi (w. 1162H). Beliau turut menyusun kitab (منح المبين القوي في ورد ليلة مولد النبوي).

46- (الكلام السني المصفى في مولد المصطفى) oleh Syeikh al-Qurra’ ‘Abdullah Hilmi bin Muhammad bin Yusuf al-Hanafi al-Muqri al-Rumi, yang masyhur dengan nama Yusuf Zadah (w. 1167H).

47- (رسالة في المولد النبوي) oleh Syeikh Hasan bin ‘Ali bin Ahmad al-Mudabighi al-Syafi‘i (w. 1170H). Kitab ini telah diberi hasyiah oleh:

- Syeikh ‘Umar bin Ramadhan bin Abi Bakr al-Thulathi (w. sesudah 1164H).

- Syeikh ‘Abd al-Rahman bin Muhammad al-Nahrawi al-Muqri (w. 1210H).

48- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Ahmad bin ‘Uthman al-Diyar bakri al-Amidi al-Hanafi (w. 1174H).

49- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh ‘Abdullah bin Muhammad Nida’i al-Kasyghari al-Naqsyabandi al-Zahidi (w. 1174H).

50- Mawlid al-Barzanji atau (عقد الجوهر في مولد النبي الأزهر) oleh al-Sayyid Ja‘far bin Hasan al-Barzanji (w. 1177H), mufti Syafi‘iyyah di Madinah. Kitab ini adalah antara kitab mawlid yang termasyhur. Saudara pengarangnya, al-Sayyid ‘Ali bin Hasan al-Barzanji (w. 11xxH) telah menggubahnya menjadi nazam. Ia juga telah diberi hasyiah oleh beberapa ulama, antaranya:

- Al-‘Allamah Syeikh Muhammad bin Ahmad ‘Illisy (atau ‘Ulaisy) al-Syazili al-Maliki (w. 1299H) dengan judul (القول المنجي حاشية على مولد البرزنجي).

- al-Sayyid Ja‘far bin Isma‘il al-Barzanji (w. 1317H), mufti Syafi‘iyyah di Madinah dengan judul (الكوكب الأنور على عقد الجوهر في مولد النبي الأزهر).

- Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Bantani al-Jawi (w. 1315H) dengan judul (مدارج الصعود إلى اكتساء البرود) atau (أساور العسجد على جوهر عقد للبرزنجى) dan juga (ترغيب المشتاقين لبيان منظومة السيد البرزنجي في مولد سيد الأولين والآخرين).

- Syeikh ‘Abd al-Hamid bin Muhammad ‘Ali Kudus yang diberi judul: Mawlid al-Nabi SAW ‘ala Nasij al-Barzanji.

- Syeikh Mustafa bin Muhammad al-‘Afifi al-Syafi‘i yang diberi judul (فتح اللطيف شرح نظم المولد الشريف), dicetak di Mesir tahun 1293H.

Kitab al-Barzanji ini juga telah diterjemahkan ke bahasa Melayu dan berbagai bahasa lain.

51- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-Sayyid Muhammad bin Husain al-Jufri al-Madani al-‘Alawi al-Hanafi (w. 1186H).

52- (المولد الشريف) oleh Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Maghribi al-Tafilati al-Khalwati (w. 1191H), mufti Hanafiyyah di al-Quds.

53- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Mun‘im al-Khayyat (w. 1200H), mufti wilayah Sa‘id, Mesir.

54- (الدر الثمين في مولد سيد الاولين والآخرين) oleh Syeikh Muhammad bin Hasan bin Muhammad al-Samannudi al-Syafi‘i, yang masyhur dengan nama al-Munayyir (w. 1199H).

55- (الدر المنظم شرح الكنز المطلسم في مولد النبي المعظم) oleh Syeikh Abu Syakir ‘Abdullah Syalabi, selesai tahun 1177H.

Abad Ketiga Belas Hijrah

56- (المولد النبوي) oleh Imam Abu al-Barakat Ahmad bin Muhammad al-‘Adawi al-Dardir al-Maliki (w. 1201H). Kitab beliau ini telah diberi hasyiah oleh:

- al-‘Allamah Muhammad al-Amir al-Saghir bin Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki (w. sesudah 1253H) (حاشية على مولد الدردير).

- al-‘Allamah Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuri al-Syafi‘i (w. 1277H).

- Syeikh Yusuf bin ‘Abd al-Rahman al-Maghribi (w. 1279H), bapa Muhaddith al-Syam Syeikh Badr al-Din al-Hasani dengan judul (فتح القدير على ألفاظ مولد الشهاب الدردير).

57- (تذكرة أهل الخير في المولد النبوي) oleh al-Sayyid Muhammad Syakir bin ‘Ali al-‘Umari al-Fayyumi, yang masyhur dengan nama al-‘Aqqad al-Maliki (w. 1202H).

58- Mawlid al-Nabi SAW nazam Turki oleh Syeikh Najib al-Din ‘Abd al-Qadir bin ‘Izz al-Din Ahmad al-Qadiri al-Hanafi yang masyhur dengan nama Asyraf Zadah al-Barsawi (w. 1202H).

59- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh ‘Ali bin ‘Abd al-Barr al-Husaini al-Wana’i al-Syafi‘i (w. 1212H), murid al-Hafiz Murtadha al-Zabidi.

60- (منظومة في مولد النبي صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh Mustafa Salami bin Isma‘il Syarhi al-Azmiri (w. 1228H).

61- (الجواهر السنية في مولد خير البرية صلى الله عليه وسلم) oleh al-‘Allamah Syeikh Muhammad bin ‘Ali al-Syanawani al-Syafi‘i (w. 1233H).

62- (مطالع الأنوار في مولد النبي المختار صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh ‘Abdullah bin ‘Ali Suwaydan al-Damliji al-Syazili al-Syafi‘i (w. 1234H).

63- (تأنيس أرباب الصفا في مولد المصطفى) oleh al-Sayyid ‘Ali bin Ibrahim bin Muhammad bin Isma‘il al-Amir al-San‘ani al-Zaydi (w. sekitar 1236H).

64- (تنوير العقول في أحاديث مولد الرسول) oleh Syeikh Muhammad Ma‘ruf bin Mustafa bin Ahmad al-Husaini al-Barzanji al-Qadiri al-Syafi‘i (w. 1254H).

65- (مولد نبوي نظم) oleh Syeikh Muhammad Abu al-Wafa bin Muhammad bin ‘Umar al-Rifa‘i al-Halabi (w. 1264H).

66- (السر الرباني في مولد النبي) oleh Syeikh Muhammad ‘Uthman bin Muhammad al-Mirghani al-Makki al-Husaini al-Hanafi (w. 1268H).

67- (قصة المولد النبوي) oleh Syeikh Muhammad bin ‘Abd Allah Talu al-Dimasyqi al-Hanafi (w. 1282H).

68- Al-Mawrid al-Latif fi al-Mawlid al-Syarif oleh Syeikh ‘Abd al-Salam bin ‘Abd al-Rahman al-Syatti al-Hanbali (w. 1295H). Ia berbentuk gubahan qasidah ringkas.

69- (مطالع الجمال في مولد إنسان الكمال) oleh Syeikh Muhammad bin al-Mukhtar al-Syanqiti al-Tijani (w. 1299H).

70- (سمط جوهر في المولد النبوي) oleh Syeikh Ahmad ‘Ali Hamid al-Din al-Surati al-Hindi (w. 1300H). Beliau mengarang kitab ini dalam sekitar 100 muka surat tanpa menggunakan huruf alif!

71- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Ahmad bin Qasim al-Maliki al-Hariri. Kitab ini telah disyarah oleh:

- Syeikh Abu al-Fawz Ahmad bin Muhammad Ramadhan al-Marzuqi al-Husayni al-Maliki (masih hidup tahun 1281H) dengan judul: (بلوغ المرام لبيان ألفاظ مولد سيد الأنام), cetakan Mesir tahun 1286H.

- Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Bantani al-Jawi (w. 1315H) dengan judul: (فتح الصمد العالم على مولد الشيخ أحمد بن قاسم), cetakan Mesir tahun 1292H.

72- Mawlid Nabi SAW oleh al-‘Allamah Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani (w. 1263 @ 1297H), diselesaikan pada tahun 1230H. Beliau turut menyusun sebuah lagi kitab mawlid yang hanya diberi tajuk al-Muswaddah, diselesaikan pada tahun 1234H. (Wawasan Pemikiran Islam 4 - Hj. Wan Mohd. Saghir, h. 132)

73- Kanz al-’Ula [fi Mawlid al-Mustafa?] oleh Syed Muhammad bin Syed Zainal Abidin al-‘Aidarus yang terkenal dengan nama Tokku Tuan Besar Terengganu (w. 1295H).

Abad Keempat Belas Hijrah

74- Mawlid al-Nabi SAW oleh al-‘Allamah al-Muhaddith al-Sufi Abu al-Mahasin Muhammad bin Khalil al-Qawuqji al-Tarabulusi (w. 1305H).

75- (سرور الأبرار في مولد النبي المختار صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh ‘Abd al-Fattah bin ‘Abd al-Qadir al-Khatib al-Dimasyqi al-Syafi‘i (w. 1305H).

76- (العلم الأحمدي في المولد المحمدي) oleh Syeikh Syihab al-Din Ahmad bin Ahmad Isma‘il al-Hilwani al-Khaliji al-Syafi‘i (w. 1308H).

77- (منظومة في مولد النبي صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh Ibrahim bin ‘Ali al-Ahdab al-Tarabulusi al-Hanafi (w. 1308H).

78- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Muhammad Hibatullah bin ‘Abd al-Qadir al-Khatib al-Dimasyqi al-Syafi‘i (w. 1311H).

79- (الإبريز الداني في مولد سيدنا محمد السيد العدناني صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Bantani al-Jawi (w. 1315H). Beliau juga telah mengarang kitab:

- (بغية العوام في شرح مولد سيد الأنام عليه الصلاة والسلام المنسوبة لابن الجوزي),

- (مدارج الصعود إلى اكتساء البرود) atau (أساور العسجد على جوهر عقد للبرزنجى) dan juga

- (ترغيب المشتاقين لبيان منظومة السيد البرزنجي في مولد سيد الأولين والآخرين).

80- (تحفة العاشقين وهدية المعشوقين في شرح تحفة المؤمنين في مولد النبي الأمين - صلى الله عليه وسلم) oleh Syeikh Muhammad Rasim bin ‘Ali Ridha al-Mullatiyah-wi al-Hanafi al-Mawlawi (w. 1316H).

81- (قدسية الأخبار في مولد أحمد المختار) oleh Syeikh Muhammad Fawzi bin ‘Abd Allah al-Rumi (w. 1318H), mufti Adrana. Beliau turut menyusun (إثبات المحسنات في تلاوة مولد سيد السادات).

82- (حصول الفرج وحلول الفرح في مولد من أنزل عليه ألم نشرح) oleh Syeikh Mahmud bin ‘Abd al-Muhsin al-Husaini al-Qadiri al-Asy‘ari al-Syafi‘i al-Dimasyqi, yang masyhur dengan nama Ibn al-Mawqi‘ (w. 1321H).

83- Simt al-Durar fi Akhbar Mawlid Khair al-Basyar min Akhlaq wa Awsaf wa Siyar atau Maulid al-Habsyi oleh al-‘Allamah al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (w. 1333H).

84- (لسان الرتبة الأحدية) oleh Syeikh Mahmud bin Muhyi al-Din Abu al-Syamat al-Dimasyqi al-Hanafi (w. 1341H). Ia sebuah kitab mawlid menurut lisan ahli sufi.

85- al-Yumnu wa al-Is‘ad bi Mawlid Khair al-‘Ibad oleh al-‘Allamah al-Muhaddith Syeikh Muhammad bin Ja‘far bin Idris al-Kattani al-Hasani (w. 1345H), cetakan Maghribi tahun 1345H.

86- Jawahir al-Nazm al-Badi‘ fi Mawlid al-Syafi‘ oleh al-‘Allamah Syeikh Yusuf bin Isma‘il al-Nabhani (w. 1350H).

87- (المولد النبوي الشريف) oleh Syeikh Muhammad Sa‘id bin ‘Abd al-Rahman al-Bani al-Dimasyqi (w. 1351H).

88- (شفاء الأسقام بمولد خير الأنام صلى الله عليه وسلم) oleh al-‘Allamah Syeikh Muhammad bin Muhammad al-Hajjuji al-Idrisi al-Hasani al-Tijani (w. 1370H). Ia diringkaskan dengan judul (بلوغ القصد والمرام في قراءة مولد الأنام). Beliau turut menyusun kitab (قصة المولد النبوي الشريف).

89- Mawlid al-Nabi SAW oleh Syeikh Muhammad al-‘Azb bin Muhammad al-Dimyati.

90- Mawlid Syaraf al-Anam – belum ditemukan pengarang asalnya.

91- (المولد النبوي الشريف) oleh Syeikh Muhammad Naja, mufti Beirut.

92- (الجمع الزاهر المنير في ذكر مولد البشير النذير) oleh Syeikh Zain al-‘Abidin Muhammad al-‘Abbasi al-Khalifati.

93- (الأنوار ومفتاح السرور والأفكار في مولد النبي المختار) oleh Abu al-Hasan Ahmad bin ‘Abd Allah al-Bakri.

94- (عنوان إحراز المزية في مولد النبي خير البرية صلى الله عليه وسلم) oleh Abu Hasyim Muhammad Syarif al-Nuri.

95- (فتح الله في مولد خير خلق الله) oleh Syeikh Fathullah al-Bunani al-Syazili al-Maghribi.

96- (مولد المصطفى العدناني) oleh Syeikh ‘Atiyyah bin Ibrahim al-Syaybani, dicetak tahun 1311H.

97- (المولد النبوي) oleh Syeikh Hasyim al-Qadiri al-Hasani al-Fasi.

98- (خلاصة الكلام في مولد المصطفى عليه الصلاة والسلام) oleh Syeikh Ridhwan al-‘Adl Baybars, dicetak di Mesir tahun 1313H.

99- (المنظر البهي في مطلع مولد النبي) oleh Syeikh Muhammad al-Hajrisi.

100- (المولد الجليل حسن الشكل الجميل) oleh Syeikh ‘Abdullah bin Muhammad al-Munawi al-Ahmadi al-Syazili, dicetak di Mesir tahun 1300H.

101- (المولد النبوي الشريف) oleh Syeikh ‘Abd al-Qadir al-Himsi.

102- (الفيض الأحمدي في المولد المحمدي) oleh Syeikh Ibrahim Anyas (w. 1975).

103- (شفاء الآلام بمولد سيد الأنام) oleh al-‘Allamah Syeikh Idris al-‘Iraqi.

104- (شفاء السقيم بمولد النبي الكريم) oleh Syeikh al-Hasan bin ‘Umar Mazur.

105- (تنسم النفس الرحماني في مولد عين الكمال) oleh Syeikh Sa‘id bin ‘Abd al-Wahid Binnis al-Maghribi.

106- al-Sirr al-Rabbani fi Mawlid al-Nabiy al-‘Adnani oleh Syeikh Muhammad al-Bunani al-Tijani.

107- al-Nawafih al-‘Itriyyah fi Zikr Mawlid Khayr al-Bariyyah oleh Syeikh Salah al-Din Hasan Muhammad al-Tijani.

Abad Kelima Belas Hijrah

108- al-Rawa’ih al-Zakiyyah fi Mawlid Khayr al-Bariyyah oleh al-‘Allamah Syeikh ‘Abdullah al-Harari al-Habsyi (w. 1429H).

109- Mawlid al-Hadi SAW oleh Dr. Nuh ‘Ali Salman al-Qudhah, mufti Jordan.

110- al-Dhiya’ al-Lami‘ bi Zikr Mawlid al-Nabi al-Syafi‘ oleh al-‘Allamah al-Habib ‘Umar bin Hafiz al-Ba‘alawi. Ia antara kitab mawlid yang mula luas tersebar, serta pengarangnya masih hidup.


Imam Muhammad ‘Abd al-Hayy al-Kittani di dalam kitabnya al-Ta’alif al-Mawlidiyyah telah menyenaraikan hampir 130 buah kitab mawlid yang disusun menurut abjad. Manakala Dr. Salah al-Din al-Munjid telah menyenaraikan sekitar 181 buah kitab mawlid di dalam kitabnya (معجم ما أُلف عن النبي محمد صلى الله عليه وسلم). Namun, kedua-duanya belum dapat saya telaah ketika menulis entri ini. Dijangkakan masih ada banyak lagi kita mawlid yang tidak disenaraikan. Sepertimana yang dapat kita lihat, sebahagian besar alim ulama yang disebutkan adalah tokoh-tokoh ulama tersohor di zaman mereka. Tidak dinafikan juga bahawa ada setengah kitab mawlid tersebut yang dipertikaikan nisbahnya kepada pengarangnya. Sekurang-kurangnya jumlah karya-karya mawlid yang besar ini menunjukkan kepada kita bukti keharusan memperingati mawlid Nabi SAW di kalangan ramai para alim ulama.

Juga tidak dinafikan bahawa sesetengah kitab-kitab mawlid ini mengandungi perkara-perkara yang dianggap batil atau palsu oleh sebahagian ahli ilmu. Namun sangka baik kita kepada pengarang-pengarangnya, mereka tidak akan memuatkan di dalam kitab-kitab tersebut perkara-perkara yang mereka yakin akan kepalsuan dan kebatilannya. Maka, setidak-tidaknya mereka hanya mengandaikan perkara-perkara tersebut hanya daif sahaja yang harus diguna pakai dalam bab sirah dan hikayat, selain fadha’il, sepertimana yang masyhur di dalam ilmu mustalah al-hadith. Setengahnya pula adalah masalah yang menjadi khilaf di kalangan para ulama. Justeru, agak keterlaluan jika ada yang melabelkan kebanyakan kitab-kitab tersebut sebagai sesat, munkar dan bidaah secara keseluruhan dengan tujuan untuk menyesat dan membidaahkan para pengarangnya. Sedangkan kritikan tersebut dapat dibuat dengan cara yang lebih berhemah dan beradab. Semoga Allah SWT memberi kita petunjuk.

Sumber
sawanih.blogspot.com

Imam dan Benteng Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Abad 21 Al Hafidh Asy Syaikh Abdullah Al Harari Lebanon

Beliau adalah seorang yang alim, al-'Allamah al-Muhaddis, pakar dalam ilmu fiqih, dan kuat berhujah menentang golongan-golongan yang tergelincir dari landasan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, seorang yang zuhud dan bertaqwa, Beliau adala Abdullah bin Muhammad bin Yusuf bin Abdullah bin Jamei', berasal dari Harar , berketurunan asy-Syaibi dan al-Abdary beliau juga merupakan Mufti Harar [dilantik menjadi mufti sebelum berumur 18 tahun.

Beliau terlahir di bandar Harar pada tahun 1910 bersamaan 1328 Hijrah (beliau lahir lebih awal dari pada tahun yang tercatat, yang tercatat hanyalah yang tertera pada pendaftaran lama).
Sekilas tentang perjalanan beliau:
Beliau telah dibesarkan di rumah yang penuh dengan kasih sayang pada ilmu agama. Beliau telah menghafal al Quran ketika berumur 7 tahun. Ayah beliau telah membacakan ke atasnya kitab al Muqaddimah al-Hadhramiah dan kitab al-Mukhtasar as-Saghir dalam ilmu fiqih yang mana kitab tersebut amat mashyur di dareahnnya.

Beliau juga telah menghafal berbagai matan-matan ilmu agama yang lain, kecenderungannya untuk mendalami ilmu hadis telah membuatkan beliau menghafal kitab-kitab hadis yang enam [Óää ÓÊÉ] berikut dengan sanad-sanadnya, sehingga beliau telah diijazahkan meriwayat hadis-hadis nabi ketika beliau kurang dari umur 18 tahun.

Karena masih merasa belum cukup dengan ulama di negaranya maka beliaupun merantau keseluruh pelusuk Habsyah dan Somalia untuk menuntut ilmu dan mendengarnya daripada ulama setempat, dengan usaha yang keras Syeikh Abdullah sanggup merintangi kesusahan dan kepayahan bahkan ketika dia mendengar ada orang alim disesuatu tempat maka dia segera pergi kepadanya seperti mana yang dilakukan ulama salafussolih yang terdahulu. Kehebatan, ketajaman fikiran dan kekuatan hafalannya yang hebat selain kemampuannya mendalami ilmu fiqih Syafii dan usulnya dan mengetahui sudut khilaf dalam mazhab beliau juga sangat arif pendapat yang terdapat dalam mazhab Maliki, Hanafi dan Hanbali sehingga beliau sering menjadi tempat rujukan ke mana sahaja beliau pergi, beliau juga diminta untuk mengeluarkan fatwa di bandarnya Harar dan sekitarnya.

Beliau telah mempelajari ilmu fiqih Syafii dan ilmu usulnya dan juga ilmu nahu dan kitab-kitab yang lain antaranya seperti Alfiah Zubad, Kitab Tanbih, Minhaj, Alfiah bin Malik, al-Luma' as-Syirazi dan banyak lagi dari Syeikh Muhammad Abdul Salam al-Harary, Syeikh Muhammad Omar Jamei' al-Harary, Syeikh Muhammad Rasyad al-Habasyi, Syeikh Ibrahim Abil Gaish al-Harary, Syeikh Yunus al-Habasyi dan Syeikh Muhammad Siraj al-Jabruty.

Untuk ilmu bahasa arab beliau telah belajar pada Syeikh as-Soleh Ahmad al-Basir, Syeikh Ahmad bin Muhammad al-Habasyi dan ulama-ulama lain. Sedangkan tiga mazhab fiqih yang lain dan usulnya beliau belajar dari Syeikh Muhammad al-Araby al-Fasy dan Syeikh Abdur Rahman al-Habasyi.
Beliau juga belajar ilmu tafsir dari Syeikh Syarif al-Habasyi di tempat tinggalnya iaitu Jimmah.
Beliau telah mempelajari ilmu hadis dari as-Syeikh Abu Bakar Muhammad Siraj al-Jabruty Mufti Habsyah dan Syeikh Abdul Rahman bin Abdillah al-Habasyi.

Beliau mempelajari ilmu Qiraat 14 dari dan ilmu Hadis dari gurunya yang alim iaitu Syeikh al-Muhaddis Ahmad Abdul al-Muttalib al-Jabaruty al-Habasyi , beliau adalah ketua guru kepada ahli-ahli ilmu Qiraat di Masjidil Haram di Mekah dan dari Syeikh Daud al-Jabruty al-Qori, Syeikh al-Muqri Mahmud Faiz ad-Dair Atony ilmu qiraat yang tujuh.

Ketika beliau berada di Mekah beliau sempat berkenalan dan bersahabat dengan ulama-ulama Mekah diantaranya ialah Syeikh al-Alim as-Said Alawi al-Maliki, Syeikh Amin al-Kitbi, Syeikh al-Muhaddis Muhammad Yasin al-Padani [berasal dari Padang, Indonesia], Syeikh Muhammad al-Araby at-Tabban, beliau juga pernah mengambil ijazah amalan zikir Tariqat an Naqsyabandiah dari Syeikh Abdul Ghafur al-Afghani An-Naqsyabandi.

Kemudian beliau telah pergi ke Madinah al-Munawwarah di sana beliau sempat belajar ilmu-ilmu hadis dan membaca hadis-hadis nabi dari Syeikh al-Muhaddis Muhammad bin Ali al-Siddiq al-Bakry al-Hindi al-Hanafi dan syeikh tersebut mengijazahkan ilmu hadis kepada beliau. Di sana juga beliau sempat pergi ke Maktabah Arif Hikmat dan Maktabah al-Mahmudiah dan mengkaji ilmu-ilmu di sana, dan di katakan beliau telah menghafal hampir kesemua kitab di dalam maktabah-maktabah tersebut. Di Madinah juga beliau sempat bertemu dengan seorang ulama hadis iaitu Syeikh al-Muhaddis Ibrahim al-Khattani anak murid kepada seorang ulama yang masyhur iaitu Syeikh al-Muhaddis Abdul Qadir Syalbi. Adapun ijazah-ijazah ilmu agama yang beliau perolehi dari ulama-ulama memang sangat banyak tetapi tidak disebutkan di sini.

Setelah itu beliau menuju ke Baitul Muqaddis dan seterusnya ke dataran Syam yang dulu terkenal dengan seorang ulama yang sangat alim iaitu al Muhaddis Syeikh Badruddin al-Hasani tetapi beliau sudah lama meninggal dunia sebelum kedatangan Syeikh Abdullah al-Harary ke sana. Di sana Syeikh Abdullah al-Harary menjadi rujukan dalam masalah-masalah agama bahkan beliau mengembara ke desa-desa dan ke bandar-bandar di antara Dimashq, Beirut, Himsh, Hamah, Halab dan bandar-bandar yang lain di seluruh pelusuk bumi Syam, kemudian dia menetap di Jamik al-Khuthat di satu tempat yang bernama Khaimuriah di Dimashq dan menyampaikan ilmu-ilmu Islam yang berguna dan bermanfaat dan mengajarkannya berteraskan Manhaj atau metodologi Ahlus Sunnah Wal Jamaah, para masyaikh, alim ulama Syam merujuk kepada Syeikh Abdullah tentang bermacam-macam masalah sehingga mereka mengatakan bahawa Syeikh Abdullah ini adalah pengganti kepada al Muhaddis Syeikh Badruddin al-Hasani dari segi ilmu. Kemudian beliau digelar sebagai "Al-Muhaddis Ad-Diyar Asy-Syamiyyah".

Syeikh Abdullah telah menerima ijazah tariqat al-Rifaeyyah dari Syeikh Abdul Rahman al-Sabsabi al Hamawy dan dari Syeikh Tohir al-Kayaly al-Humsi. Beliau sempat menerima ijazah tariqat al-Qadiriyah dari Syeikh Ahmad al-Arbiny dan dari Syeikh at-Toyyib ad-Dimasyqi.

Pada tahun 1950 bersamaan dengan 1370 hijrah beliau telah pergi ke Beirut dan di sambut oleh ulama-ulama di sana seperti Syeikh Taufiq al-Hibry. Dan pada tahun 1969 bersamaan 1389 beliau diminta oleh Rector al-Azhar cawangan di Lubnan untuk mengajar ilmu akidah di sana.
Sekilas kepribadian beliau:
Syeikh Abdullah adalah seorang yang zuhud sehingga susah untuk melihat beliau dalam satu masa dia tidak menggunakan masanya melainkan menyempurnakan masa tersebut untuk mengajar atau zikir atau membaca atau menyampaikan nasihat. seorang yang warak, tawadhuk, kuat mengerjakan ibadat, banyak berzikir, sentiasa menggunakan masanya untuk menyampaikan ilmu agama dengan mengajar dan berzikir. Kuat berpegang dengan Kitab [al-Quran] dan Sunnah, mempunyai ingatan dan kecerdasan akal yang kuat dengan hujah dan dalil yang teguh, sangat adil dalam munghukumkan sesuatu, sentiasa memerangi terhadap siapa sahaja yang melanggar syarak, mempunyai kekuatan dan semangat yang tinggi dalam amal makruf dan nahi munkar sehingga golongan bid'ah menfitnahnya, tetapi Allah memberkati amalannya dan memelihara manhaj Ahlus Sunnah hinggakan telah lahir beribu-ribu anak muridnya bertebaran di muka bumi ini dari Negara Arab, Eropah, Afrika, Australia dan juga Asia.

Sekilas karya-karya Beliau:
Syeikh Abdullah al-Harary sebenarnya tidak mempunyai waktu yang mencukupi untuk mengarang banyak kitab kerana beliau amat sibuk dengan pengajaran dan memperbetulkan akidah-akidah manusia, di samping menentang golongan sesat yang mereka cipta perkara baru dalam agama. Walau bagaimanapun dalam kesibukan itu beliau tetap juga menulis pelbagai karangan dan risalah-risalah antaranya ialah :
1. Syarah Alfiah As-Suyuthi
2. Qosidah Fil I'tiqodi.
3. As-Shirothul Mustaqiim.
4. Ad-Dalilul Qawim 'Ala As-Shirothil Mustaqiim.
5. Mukhtasar Abdillah Al-Harary Al-kafil Bi 'Ilmi Ad-Din Ad-Dharury 'Ala Mazhabi Asy-Syafii. [Kitab yang diterjemahkan ini]
6. Mukhtasar Abdillah Al-Harary Al-kafil Bi 'Ilmi Ad-Din Ad-Dharury 'Ala Mazhabi Al-Imam Malik
7. Mukhtasar Abdillah Al-Harary Al-kafil Bi 'Ilmi Ad-Din Ad-Dharury 'Ala Mazhabi Abi Hanifah.
8. Bughyah At-Tholib li Ma'rifatil Ilmi Ad-Deenil Wajib.
9. At-Ta'aqqub Al-Hatsits 'Ala Man Tho'ana fi Ma Sohha Minal Hadis.
10. Nashratul Ta'aqqubil Hatsits 'Ala Man Tho'ana Fima Sohha Minal Hadis
11. Ar- Rawa-ihuz Zakiyyah fi Maulidi Khairil Bariyyah.
12. Syarah Aqidah An- Nasafiyyah.
13. Syarah Al-fiyah Al-Zubad fi fiqhi Asy- Syafii.
14. Syarah Matan Abi Syujaa' Fi Fiqhi Asy Syafii
15. Syarah As-Shirothil Mustaqiim.
16. Syarah Matnil 'Ashmawiyyah.
17. Syarah Mutammimah Al-Aa jurumiyah fin Nahu.
18. Syarah Al-Baiquniyyah.
19. Shorihul Bayan fi Roddi 'Ala Man Khalafal Quran.
20. Al-Maqoolaat As-sunniyyah fi Kasyfi Dhalalaat Ahmad bin Taimiyah.
21. Kitab Ad-Durrin Nadhidi Fi Ahkamit Tajwid.
22. Idzhar Al-'Aqidah As-Sunniyyah bi Syarah al-'Aqidah At- Thohawiyah.
23. At-Tahzir al-Wajib
24. Mandzumah "Nasihat At-Thullab".
25. Risalah Fi Buthlan Da'wa Awwaliyyatil An-Nurul Muhammady.
26. Risalah Fi Roddi 'ala Qaulil ba'dhi Innar Rasula ya'lamu kulla Syai'in ya'lamuhumullah.
27. Ad-Durarul Bahiyyah Fi Halli Alfadz Al-'Aqidah At-Tahawiyah.
28. Al-Ghaaratul Imaniyyah Fi Roddi Mafasidi At-Tahriryyah.
29. Syarah Mandzumah As-Shibyan fil 'Arudh
30. Syarah As-Sifat Ats-Salats 'Asyarata Al-Wajib Lillah
31. Al'Aqidah Al-Munjiyyah
32. Syarah At-Tanbih
33. Syarah Manhaj At-Tullab.
34. Syarah Kitab Sullamit Taufiq ila Mahabbatillah 'Ala Tahqiqi Lil Syeikh Abdillah Ba'lawi
Sekilas tentang wafatnya:
Beliau kembali ke Rahmatullah pada fajar hari selasa 2 Ramadhan 1429 Hijrah bersamaan 2 September 2008 Masihi di rumahnya di Beirut pada usia 105 tahun, disembahyangkan oleh jutaan umat Islam di Masjid Burj Abi Haidar Beirut dan di makamkan berdekatannya.

Beliau adalah ulama yang hebat dan dikenali dengan gelaran Al-Hafizh Al-Muhaddits (ulama pakar Hadith), Syeikhul Islam dan sebagainya dari gelaran yang mulia. Rahimakallahu Ya Syeikh Abdullah Al-Harari.

Sumber : http://ahadan.blogspot.com/2012/03/imam-dan-benteng-ahlus-sunnah-wal.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons