Blog ini ditujukan kepada seluruh ummat Islam yang cinta kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Para Sahabat RA, Auliya', Habaib, Ulama', dan sejarah kebudayaan Islam.

Minggu, 03 Februari 2013

Habib Abdullah bin Husein Al-Attas: Demi Amanah Tradisi Salaf





www.majalah-alkisah.comBila datang hari Kamis petang, Anda akan menyaksikan suasana di sekitar pemakaman Keramat Empang Bogor yang disesaki ribuan jama’ah. Saat ini, Habib Abdullah-lah yang mengasuh majelis peninggalan Habib Husein tersebut.

Habib Abdullah, putra ter-tua Habib Husein (lihat Manaqib), menerima kedatangan alKisah de­ngan penuh kehangatan. Wajahnya te­duh, cara bertuturnya amat santun, logat­nya terasa sekali Sunda-nya. Sesekali obrolan kami diselingi tawa canda yang semakin mencairkan suasana. Meski baru pertama kali berjumpa, rasanya se­perti sudah mengenal lama.
Demikian sosok Habib Abdullah bin Husein bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas, yang saat ini dipercaya mengemban ama­nah sebagai munshib, atau pemimpin, da­lam kepengurusan di lingkungan makam kakeknya, Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas, ”Habib Keramat Empang Bogor”.
Terkadang orang menyebutnya se­bagai khalifah Keramat Empang Bogor. Tentunya, makna khalifah di sini tidak da­­lam pengertian kekhilafahan umat Islam. Khalifah di sini bermakna ”peng­ganti”, mak­sudnya, Habib Abdullah-lah saat ini yang tengah mengemban ama­nah berat untuk menggantikan posisi mun­shib sebelumnya, yaitu Habib Abdul­lah bin Zen Al-Attas, yang wafat setahun silam.
Manshabah (kemunshiban) di sini adalah amanah otoritas dalam mengurus hal-ihwal di lingkungan makam Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas berikut segala peninggalannya.
Wasiat Shahibul Maqam
Sepeninggal Habib Abdullah bin Zen Al-Attas, munshib Keramat Empang Bo­gor sebelumnya, Habib Abdullah bin Hu­sein Al-Attas ditunjuk menjadi khalifah­nya. Penunjukan ini tak lepas dari wasiat Ha­bib Abdullah bin Muhsin.
Sebelum wafat, Habib Abdullah bin Muhsin mewasiatkan pola penggantian ke­pemimpinan yang agak berbeda de­ngan kebiasaan di tempat-tempat lainnya. Bila di tempat-tempat lainnya, biasanya pola kepemimpinan adalah dari kakek ke ayah kemudian ke anak, lalu ke cucu, te­rus ke cicit, dan demikian seterusnya. Na­mun sesuai amanat tertulis dari Habib Ab­dullah bin Muhsin, yang tercantum dalam akta notaris yang ditandatangani oleh notaris Belanda bernama Thomas, ke­pe­mimpinan yang akan meneruskan estafet dakwahnya dimulai dari putra tertuanya, berlanjut kepada putra tertua berikutnya, hingga putra terakhir yang masih ada.
Kalau putra-putranya sudah wafat se­muanya, kepemimpinan dilanjutkan pada generasi cucu Habib Abdullah, yaitu pada cucu tertua, yang, kalau sudah wafat, ke­pemimpinan diserahkan pada cucu tertua berikutnya.
Demi menjalankan amanah yang di­gariskan Habib Abdullah bin Muhsin sen­diri, selama ini pergantian manshabah ber­jalan dengan mulus. Saat ini, giliran Habib Abdullah bin Husein Al-Attas-lah, sebagai cucu Habib Abdullah bin Muhsin, yang mengemban amanah memegang manshabah tersebut.
Tak Boleh Keluar Rumah
Sosok Habib Abdullah bin Husein memang sosok yang amat bersahaja. Se­perti halnya para munshib sebelumnya, sehari-hari Habib Abdullah berpakaian sederhana. Hanya pada acara-acara be­sar ia memakai jubah dan imamah.
Habib Abdullah, semasa mudanya, le­bih mendalami pendidikan umum, bah­kan sampai ia berhasil menggondol gelar sarjana. Namun demikian, ”Saya rasa­kan, ternyata pendidikan agama memang lebih bermanfaat untuk kehidupan kita semua. Pendidikan umum tetap penting, tapi pendidikan agama tetap lebih pen­ting. Ini yang saya rasakan sekarang. Yang ideal, tentunya kalau seseorang da­pat memiliki pengetahuan mendalam baik pada pendidikan umum maupun pendi­dikan agamanya,” ujar Habib Abdullah.
Di masa kecil, Habib Abdullah me­rasa­kan masa-masa indah selama ia da­lam didikan dan asuhan ayahandanya, Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas. Di matanya, sang ayah adalah so­sok orangtua sekaligus sahabat. Ayahnya tak pernah memaksakan kehendaknya sendiri, sebagai pertanda sikap bijak se­orangtua. Semua anaknya diberi kebe­basan pada bidang keilmuan yang di­sukainya.
Habib Abdullah juga merasakan ke­hangatan hubungan saat ayahnya masih hidup. ”Kepada anak-anak, Abah sering mengajak bergurau. Beliau memang se­orang yang senang bergurau, bahkan di tengah keluarga. Kami semua merasa se­gan kepadanya, tapi tak merasa sung­kan,” ujar Habib Abdullah mengenang si­kap sang ayah di tengah-tengah ke­luarga­nya.
Beranjak dewasa, sebagaimana sau­dara-saudaranya yang lain, Habib Ab­dullah mengutarakan keinginannya ke­pada sang ayah untuk dapat hidup man­diri dan tinggal di luar lingkungan keluarga besar Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas. Tapi apa yang dikatakan oleh Ha­bib Husein saat itu?
”Tidak perlu. Ente tidak perlu keluar dari rumah ini,” demikian kira-kira yang di­katakan Habib Husein kepada anak laki-laki tertuanya ini.
Habib Abdullah merasa keheranan dibuatnya. Kalau saudara-saudaranya yang lain diperbolehkan, mengapa dirinya sendiri yang tidak boleh keluar rumah?
”Meski dalam hati saya bertanya-ta­nya, saya tetap menuruti apa yang dikata­kan Abah. Ternyata sekarang saya tahu hik­mah apa di balik perkataan beliau. Saya memang tidak boleh keluar rumah, se­bab suatu saat nanti amanah meme­gang makam keramat Habib Abdullah bin Muhsin ini akan saya emban,” kata Habib Abdullah lagi.
Menapaki Jalan para Pendahulu
Mengemban amanah manshabah me­mang bukan hal ringan. ”Di satu sisi hati saya merasakan beratnya beban me­nerima amanah berat ini. Tapi di sisi lain saya merasa bahagia bahwa, di sisa-sisa umur saya, Allah masih memberi kesem­patan kepada saya untuk dapat berkhid­mah pada kakek saya,” ujar Habib Abdul­lah kemudian.
Kini, hari demi hari diisi Habib Abdul­lah dengan penuh kegiatan, setidaknya menerima tamu-tamu Habib Abdullah bin Muhsin yang sehari-harinya hampir tak pernah sepi dari para tamu dari berbagai daerah, dalam dan luar kota Bogor.
Selain peninggalan-peninggalan ka­keknya, Habib Abdullah bin Muhsin, ter­utama kepengurusan atas masjid dan ma­kamnya, peninggalan sang ayah, yaitu Majelis Ta’lim An-Nur juga terus ia mak­murkan.
Bila datang hari Kamis petang, Anda akan menyaksikan suasana di sekitar pemakaman Keramat Empang Bogor yang disesaki ribuan jama’ah. Saat ini, Habib Abdullah-lah yang mengasuh ma­jelis peninggalan Habib Husein tersebut.
Acara Majelis biasanya dimulai dari ba’da ashar, dengan pembacaan Maulid Nabi dan taushiyah-taushiyah dari para ulama kota Bogor dan sekitarnya. Ter­kadang, kalau ada tamu ulama dari luar, mereka dipersilakan untuk turut menyam­paikan mauizhah di majelis tersebut.
Seusai majelis, menjelang maghrib, para jama’ah bersama-sama, dipimpin oleh Habib Abdullah bin Husein, melang­sungkan ziarah ke makam Habib Abdul­lah bin Muhsin, yang letaknya bersebe­lahan dengan Masjid An-Nur, tempat di­selenggarakannya majelis An-Nur.
Selain melanjutkan Majelis An-Nur, saat ini Habib Abdullah juga aktif mene­rima undangan-undangan majelis di ber­bagai tempat, khususnya di kota Bogor dan sekitarnya.
Dalam perbincangan dengan alKisah, Habib Abdullah mengutarakan bahwa, se­lama mengemban amanah sebagai mun­shib, ia bertekad akan memelihara pe­ning­galan-peninggalan para salaf (pen­dahulu)-nya sekaligus melakukan perbaikan-per­baikan yang diperlukan, khususnya dalam hal fisik bangunan da­lam kompleks ma­kam, masjid, dan rumah peninggalan Ha­bib Abdullah bin Muhsin Al-Attas.
Pengembangan yang dilakukannya tentu dengan tetap memperhatikan ke­lestarian peninggalan sang datuk, Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas. Seperti hal­nya saat ayahnya, Habib Husein bin Ab­dullah, mengganti bangunan rumah Ha­bib Abdullah bin Muhsin menjadi bangun­an yang lebih permanen. Namun demiki­an, beberapa bagian penting dari rumah itu tetap dipertahankan kelestariannya.
Dalam memelihara, melestarikan, dan mengembangkan peninggalan Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas, Habib Ab­dullah juga memiliki visi seperti yang per­nah dilakukan ayahnya dan para munshib sebelumnya. Habib Abdullah berusaha se­dapatnya agar terus melakukan per­baikan dan perluasan yang diperlukan, demi kemaslahatan bersama, khususnya bagi para jama’ah dan tamu-tamu Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas.

Sumber : http://www.majalah-alkisah.com/index.php/figur/26-profile-tokoh/1489-habib-abdullah-bin-husein-al-attas-demi-amanah-tradisi-salaf

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons