Biografi KH. MA. Sahal Mahfudz
Nama lengkap KH. MA. Sahal Mahfudz (selanjutnya disebut dengan Kyai Sahal) adalah Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd. Salam Al-Hajaini lahir di Desa Kajen, Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember
1937. 1 Beliau adalah anak ketiga dari enam bersaudara yang merupakan ulama kontemporer Indonesia yang disegani karena kehati-hatiannya dalam bersikap dan kedalaman ilmunya dalam memberikan fatwa terhadap masyarakat baik dalam ruang lingkup lokal (masyarakat dan pesantren yang dipimpinnya) dan ruang lingkup nasional.
Sebelum orang mengenal Kyai Sahal, orang akan mengenalnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Dengan penampilan yang sederhana orang mengira, beliau sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apapun. Namun ternyata pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah diakui. Salah
satu contoh, sosok yang menjadi pengasuh pesantren2 ini pernah bergabung
dengan institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi anggota BPPN3 selama 2 periode yaitu dari tahun 1993-2003.4
Kyai Sahal lahir dari pasangan Kyai Mahfudz bin Abd. Salam al- Hafidz (w 1944 M) dan Hj. Badi’ah (w. 1945 M) yang sedari lahir hidup di pesantren, dibesarkan dalam lingkungan pesantren, belajar hingga ladang pengabdiannya pun ada di pesantren. Saudara Kyai Sahal yang berjumlah lima
orang yaitu, M. Hasyim, 5 Hj. Muzayyanah (istri KH. Mansyur Pengasuh PP
An-Nur Lasem), Salamah (istri KH. Mawardi, pengasuh PP Bugel-Jepara, kakak istri KH. Abdullah Salam ), Hj. Fadhilah (istri KH. Rodhi Sholeh Jakarta), Hj. Khodijah (istri KH. Maddah, pengasuh PP Assuniyah Jember yang juga cucu KH. Nawawi, adik kandung KH. Abdussalam, kakek KH.
Sahal.). 6
Pada tahun 1968/69 Kyai Sahal menikah dengan Dra Hj Nafisah binti KH. Abdul Fatah Hasyim, Pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang dan berputra Abdul Ghofar Rozin yang sejak sekarang sudah dipersiapkan untuk menggantikan kepemimpinan Kyai Sahal.
1. Latar belakang kehidupan
KH. Sahal Mahfudz dididik oleh ayahnya yaitu KH. Mahfudz dan memiliki jalur nasab dengan Syekh Ahmad Mutamakkin 7 namun KH. Sahal Mahfudz sangat dipengaruhi oleh kekyainan pamannya sendiri, K.H. Abdullah Salam8. Syekh Ahmad Mutamakkin sendiri termasuk salah seorang pejuang Islam yang gigih, seorang ahli hukum Islam (faqih) yang
disegani, seorang guru besar agama dan lebih dari itu oleh pengikutnya dianggap sebagai salah seorang waliyullah.9
Sedari kecil Kyai Sahal dididik dan dibesarkan dalam semangat memelihara derajat penguasaan ilmu-ilmu keagamaan tradisional. Apalagi Kiai Mahfudh Salam (yang juga bapaknya sendiri) seorang kiai ampuh, dan adik sepupu almarhum Rais Aam NU, Kiai Bisri Syamsuri.10 Selain itu juga terkenal sebagai hafidzul qur’an yang wira’i dan zuhud dengan pengetahuan agama yang mendalam terutama ilmu ushul.
Pesantren adalah tempat mencari ilmu sekaligus tempat pengabdian Kyai Sahal. Dedikasinya kepada pesantren, pengembangan masyarakat, dan pengembangan ilmu fiqh tidak pernah diragukan Pada dirinya terdapat tradisi ketundukan mutlak pada ketentuan hukum dalam kitab-kitab fiqih dan keserasian total dengan akhlak ideal yang dituntut dari ulama tradisional. Atau dalam istilah pesantren, ada semangat tafaqquh (memperdalam pengetahuan hukum agama) dan semangat tawarru’ (bermoral luhur).
Ada dua faktor yang mempengaruhi pemikiran Kyai Sahal yaitu, pertama adalah lingkungan keluarganya. Bapak beliau yaitu Kyai Mahfudz adalah orang yang sangat peduli pada masyarakat. Setelah Kyai Mahfudz meninggal, Kyai Sahal kemudian diasuh oleh KH. Abdullah Salam, orang yang sangat concern pada kepentingan masyarakat juga. Beliau adalah orang yang mendalami tasawuf juga orang yang berjiwa
sosial tinggi. 11 Dalam melakukan sesuatu ada nilai transendental yang
diajarkan tidak hanya dilihat dari segi materi. Kyai Mahfudz orang yang cerdas, tegas dan peka terhadap persoalan sosial dan KH. Abdullah Salam juga orang yang tegas, cerdas, wira’I, muru’ah, dan murah hati. Di bawah asuhan dua orang yang luar biasa dan mempunyai karakter kuat inilah
Kyai Sahal dibesarkan. 12
Yang kedua dari segi intelektual, Kyai Sahal sangat dipengaruhi oleh pemikiran Imam Ghazali. Dalam berbagai teori Kyai Sahal banyak mengutip pemikiran Imam Ghazali.13 Selama belajar di pesantren inilah Kyai Sahal berinteraksi dengan berbagai orang dari segala lapisan masyarakat baik kalangan jelata maupun kalangan elit masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran beliau. Selepas dari pesantren beliau aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Perpaduan antara
pengalaman di dunia pesantren dan organisasi inilah yang diimplementasikan oleh Kyai Sahal dalam berbagai pemikiran beliau. 14
Minat baca Kyai Sahal sangat tinggi dan bacaannya cukup banyak terbukti beliau punya koleksi 1.800-an buku di rumahnya. Meskipun Kyai Sahal orang pesantren bacaannya cukup beragam, diantaranya tentang psikologi, bahkan novel detektif walaupun bacaan yang menjadi favoritnya adalah buku tentang agama. Beliau membaca dalam artian konteks kejadian. Tidak heran kalau Kiai Sahal—meminjam istilah Gus Dur—lalu
‘menjadi jago’ sejak usia muda. Belum lagi genap berusia 40 tahun, dirinya telah menunjukkan kemampuan ampuh itu dalam forum-forum fiqih. Terbukti pada berbagai sidang Bahtsu Al-Masail tiga bulanan yang diadakan Syuriah NU Jawa Tengah, beliau sudah aktif di dalamnya. 15
Kyai Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda Putra sejak tahun 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya, KH Mahfudz Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kyai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU yang mayoritas berasal dari kalangan akar rumput. Sikap demokratisnya menonjol dan dia mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya melalui
pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.16
2. Pendidikan dan Guru-guru KH Sahal
Untuk urusan pendidikan, yang paling berperan dalam kehidupan Kyai Sahal adalah KH. Abdullah Salam yang mendidiknya akan pentingnya ilmu dan tingginya cita-cita. KH. Abdullah Salam tidak pernah mendikte seseorang. Kyai Sahal diberi kebebasan dalam menuntut ilmu dimanapun. Tujuannya agar Kyai Sahal bertanggung jawab pada pilihannya. Apalagi dalam menuntut ilmu Kyai Sahal menentukan adanya target, hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan beliau dalam belajar. Ketika belajar di Mathali’ul Falah Kyai Sahal berkesempatan mendalami nahwu sharaf, di Pesantren Bendo memperdalam fiqh dan tasawuf, sedangkan sewaktu di Pesantren Sarang mendalami balaghah dan ushul
fiqh. 17
Memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (1943-1949), Madrasah Tsanawiyah (1950-1953) Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen, Pati. Setelah beberapa tahun belajar di lingkungannya sendiri, Kyai Sahal muda nyantri ke Pesantren Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur di bawah asuhan Kiai Muhajir, Selanjutnya tahun 1957-1960 dia belajar di pesantren
Sarang, Rembang, di bawah bimbingan Kiai Zubair. Pada pertengahan tahun
1960-an, Kyai Sahal belajar ke Mekah di bawah bimbingan langsung Syaikh Yasin al-Fadani. Sementara itu, pendidikan umumnya hanya diperoleh dari kursus ilmu umum di Kajen (1951-1953).18
Di Bendo Kyai Sahal mendalami keilmuan tasawuf dan fiqih termasuk kitab yang dikajinya adalah Ihya Ulumuddin, Mahalli, Fathul Wahab, Fathul Mu’in, Bajuri, Taqrib, Sulamut Taufiq, Sullam Safinah, Sullamul Munajat dan kitab-kitab kecil lainnya. Di samping itu juga aktif mengadakan halaqah- halaqah kecil-kecilan dengan teman-teman senior.
Sedangkan di Pesantren Sarang Kyai Sahal mengaji pada Kyai Zubair19
tentang ushul fiqih, qawa’id fiqh dan balaghah. Dan kepada Kyai Ahmad beliau mengaji tentang Hikam. Kitab yang dipelajari waktu di Sarang antara lain, Jam’ul Jawami dan Uqudul Juman, Tafsir Baidlowi tidak sampai khatam, Lubbabun Nuqul sampai khatam, Manhaju Dzawin Nazhar karangan Syekh Mahfudz At-Tarmasi dan lain-lain.
3. Tugas dan Jabatan
Kyai Sahal bukan saja seorang ulama yang senantiasa ditunggu fatwanya, atau seorang kiai yang dikelilingi ribuan santri, melainkan juga seorang pemikir yang menulis ratusan risalah (makalah) berbahasa Arab dan Indonesia, dan juga aktivis LSM yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap problem masyarakat kecil di sekelilingnya. Penghargaan yang diterima beliau
.
terkait dengan masyarakat kecil adalah penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dalam bidang pengembangan ilmu fiqh serta pengembangan pesantren dan masyarakat pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. 20
Peran dalam organisasipun sangat signifikan, terbukti beliau dua periode menjabat Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (1999-2009) dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2000-2010. Pada Musyawarah Nasional (Munas) MUI VII (28/7/2005) Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), itu terpilih kembali untuk periode kedua menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2005-2010.
Pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Donohudan, Boyolali, Jateng., Minggu (28/11-2/12/2004), beliau pun dipilih untuk periode kedua
2004-2009 menjadi Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU). Pada 26 November 1999, untuk pertama kalinya dia dipercaya menjadi Rais Aam Syuriah PB NU, mengetuai lembaga yang menentukan arah dan kebijaksanaan organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan lebih 30-an juta orang itu. KH Sahal yang sebelumnya selama 10 tahun memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah, juga didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI pada Juni 2000
sampai tahun 2005.
Selain jabatan-jabatan diatas, jabatan lain yang sekarang masih diemban oleh beliau adalah sebagai Rektor INISNU Jepara, Jawa Tengah (1989-sekarang) dan pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati (1963 - Sekarang).
Sedangkan pekerjaan yang pernah beliau lakukan, adalah guru di Pesantren Sarang, Rembang (1958-1961), Dosen kuliah takhassus fiqh di Kajen (1966-1970), Dosen di Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati (1974-1976), Dosen di Fak. Syariah IAIN Walisongo Semarang (1982-1985), Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara (1989-sekarang), Kolumnis tetap di Majalah AULA (1988-1990), Kolumnis tetap di Harian Suara Merdeka, Semarang (1991-sekarang), Rais 'Am Syuriyah PBNU (1999-2004), Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI, 2000-2005), Ketua Dewan Syari'ah Nasional (DSN, 2000-2005), dan sebagai Ketua Dewan Pengawas Syari'ah pada Asuransi Jiwa Bersama Putra (2002-sekarang).
Sosok seperti Kyai Sahal ini kiranya layak menjadi teladan bagi semua orang. Sebagai pengakuan atas ketokohannya, beliau telah banyak mendapatkan penghargaan, diantaranya Tokoh Perdamaian Dunia (1984), Manggala Kencana Kelas I (1985-1986), Bintang Maha Putra Utarna (2000) dan Tokoh Pemersatu Bangsa (2002).
Sepak terjang KH. Sahal tidak hanya lingkup dalam negeri saja. Pengalaman yang telah didapatkan dari luar negeri adalah, dalam rangka studi komparatif pengembangan masyarakat ke Filipina tahun 1983 atas sponsor USAID, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Korea Selatan tahun
1983 atas sponsor USAID, mengunjungi pusat Islam di Jepang tahun 1983, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Srilanka tahun 1984, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Malaysia tahun 1984, delegasi NU berkunjung ke Arab Saudi atas sponsor Dar al-Ifta’ Riyadh tahun
1987, dialog ke Kairo atas sponsor BKKBN Pusat tahun 1992, berkunjung ke Malaysia dan Thailand untuk kepentingan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) tahun 1997.
B. Karya-karya KH. MA. Sahal Mahfudz
Kyai Sahal adalah seorang pakar fiqih (hukum Islam), yang sejak menjadi santri seolah sudah terprogram untuk menguasai spesifikasi ilmu tertentu yaitu dalam bidang ilmu Ushul Fiqih, Bahasa Arab dan Ilmu Kemasyarakatan. Namun beliau juga mampu memberikan solusi permasalahan umat yang tak hanya terkait dengan tiga bidang tersebut, contohnya dalam bidang kesehatan dan beliau menemukan suatu bagian tersendiri dalam fiqh.
Dalam bidang kesehatan Kyai Sahal mendapat penghargaan dari WHO dengan gagasannya mendirikan taman gizi 21 yang digerakkan para santri untuk menangani anak-anak balita (hampir seperti Posyandu). Selain itu juga mendirikan balai kesehatan yang sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit Islam. 22
Berbicara tentang karya beliau, pada bagian fiqh beliau menulis seperti Al-Tsamarah al-Hajainiyah yang membicarakan masalah fuqaha, al-Barokatu al- Jumu’ah ini berbicara tentang gramatika Arab. Sedangkan karya Kyai Sahal yang berbentuk tulisan lainnya adalah: 23
a. Buku (kumpulan makalah yang diterbitkan):
1. Thariqatal-Hushul ila Ghayahal-Ushul, (Surabaya: Diantarna, 2000)
2. Pesantren Mencari Makna, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)
3. Al-Bayan al-Mulamma' 'an Alfdz al-Lumd", (Semarang: Thoha Putra,
1999)
4. Telaah Fikih Sosial, Dialog dengan KH. MA. Sahal Mahfudh, (Semarang: Suara Merdeka, 1997)
5. Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 1994)
6. Ensiklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. Mustofa Bisri dari kitab
Mausu'ah al-Ij ma'). (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987).
7. Al-Tsamarah al-Hajainiyah, I960 (Nurussalam, t.t)
8. Luma' al-Hikmah ila Musalsalat al-Muhimmat, (Diktat Pesantren Maslakul
Huda, Pati).
9. Al-Faraid al-Ajibah, 1959 (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati)
b. Risalah dan Makalah (tidak diterbitkan):
1. Tipologi Sumber Day a Manusia Jepara dalam Menghadapi AFTA 2003 (Workshop KKNINISNU Jepara, 29 Pebruari 2003).
2. Strategi dan Pengembangan SDM bagi Institusi Non-Pemerintah, (Lokakarya
Lakpesdam NU, Bogor, 18 April 2000).
3. Mengubah Pemahaman atas Masyarakat: Meletakkan Paradigma Kebangsaan dalam Perspektif Sosial (Silarurahmi Pemda II Ulama dan Tokoh Masyarakat Purwodadi, 18 Maret 2000).
4. Pokok-Pokok Pikiran tentang Militer dan Agama (Halaqah Nasional PB NU dan P3M, Malang, 18 April 2000)
5. Prospek Sarjana Muslim Abad XXI, (Stadium General STAI al-Falah
Assuniyah, Jember, 12 September 1998)
6. Keluarga Maslahah dan Kehidupan Modern, (Seminar Sehari LKKNU, Evaluasi Kemitraan NU-BKKBN, Jakarta, 3 Juni 1998)
7. Pendidikan Agama dan Pengaruhnya terhadap Penghayatan dan Pengamalan Budi Pekerti, (Sarasehan Peningkatan Moral Warga Negara Berdasarkan Pancasila BP7 Propinsi Jawa Tengah, 19 Juni 1997)
8. Metode Pembinaan Aliran Sempalan dalam Islam, (Semarang, 11 Desember
1996)
9. Perpustakaan dan Peningkatan SDM Menurut Visi Islam, (Seminar
LP Ma'arif, Jepara, 14 Juli 1996)
10. Arah Pengembangan Ekonomi dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Umat, (Seminar Sehari, Jember, 27 Desember 1995)
11. Pendidikan Pesantren sebagai Suatu Alternatif Pendidikan Nasional, (Seminar Nasional tentang Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Peningkatan Kualitas SDM Pasca 50 tahun Indonesia Merdeka, Surabaya,
2 Juli 1995)
12. Peningkatan Penyelenggaraan Ibadah Haji yang Berkualitas, (disampaikan dalam Diskusi Panel, Semarang, 27 Juni 1995)
13. Pandangan Islam terhadap Wajib Belajar, (Penataran Sosialisasi Wajib belajar 9 Tahun, Semarang 10 Oktober 1994)
14. Perspektif dan Prospek Madrasah Diniyah, (Surabaya, 16 Mei 1994)
15. Fiqh Sosial sebagai Alternatif Pemahaman Beragama
Masyarakat, (disampaikan dalam kuliah umum IKAHA, Jombang,
28 Desember 1994)
16. Reorientasi Pemahaman Fiqh, Menyikapi Pergeseran Perilaku Masyarakat, (disampaikan pada Diskusi Dosen Institut Hasyim Asy'ari, Jombang, 27 Desember 1994)
17. Sebuah Releksi tentang Pesantren, (Pati, 21 Agustus 1993)
18. Posisi Umat Islam Indonesia dalam Era Demokratisasi dari Sudut
Kajian Politis, (Forum Silaturahmi PP Jateng, Semarang, 5 September
1992).
19. Kepemimpinan Politik yang Berkeadilan dalam Islam, (Halaqah Fiqh
Imaniyah, Yogyakarta, 3-5 Nopember 1992)
20. Peran Ulama dan Pesantren dalam Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Umat, (Sarasehan Opening RSU Sultan Agung, Semarang, 26 Agustus 1992).
21. Pandangan Islam Terhadap AIDS, (Seminar, Surabaya,1
Desember 1992)
22. Kata Pengantar dalam buku Quo Vadis NU karya Kacung Marijan, (Pati, 13 Pebruari 1992)
23. Peranan Agama dalam Pembinaan Gizi dan Kesehatan Keluarga, Pandangan dari Segi Posisi Tokoh Agama, Muallim, dan Pranata Agama, (Muzakarah Nasional, Bogor, 2 Desember 1991)
24. Mempersiapkan Generasi Muda Islam Potensial, (Siaran Mimbar Agama
Islam TVRI, Jakarta, 24 Oktober 1991)
25. Moral dan Etika dalam Pembangunan, (Seminar Kodam IV, Semarang,
18-19 September 1991)
26. Pluralitas Gerakan Islam dan Tantangan Indonesia Masa Depan, Perpsketif
Sosial Ekonomi, (Seminar di Yogyakarta, 10 Maret 1991)
27. Islam dan Politik, (Seminar, Kendal, 4 Maret 1989)
28. Filosofi dan Strategi Pengembangan Masyarakat di Lingkungan NU, (disampaikan dalam Temu Wicara LSM, Kudus, 10 September 1989)
29. Disiplin dan Ketahanan Nasional, Sebuah Tinjauan dari Ajaran Islam, (Forum MUIII, Kendal, 8 Oktober 1988)
30. Relevansi Ulumuddiyanah di Pesantren dan Tantangan Masyarakat, (Mudzakarah, P3M, Mranggen, 19-21 September 1988)
31. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Science, (Refreshing Course
KPM, Tambak Beras, Jombang 19 Januari 1988)
32. Ajaran Aswaja dan Kaitannya dengan Sistem Masyarakat, (LKL GP Anshor dan Fatayat, Jepara 12-17 Februari 1988)
33. AIDS dan Prostisusi dari Dimensi Agama Islam, (Seminar AIDS dan
Prostitusi YAASKI, Yogyakarta, 21 Juni 1987)
34. Sumbangan Wawasan tentang Madrasah dan Ma'arif, (Raker LP Ma'arif, Pati, 21 Desember 1986)
35. Program KB dan Ulama, (Pati, 27 Oktober 1986)
36. Hismawati dan Taman Gizi, (Sarasehan gizi antar santriwati,
37. Administrasi Pembukuan Keuangan Menurut Pandangan Islam, (Latihan
Administrasi Pembukuan dan Keuangan bagi TPM, Pan, 8 April 1986)
38. Pendekatan Pola Pesantren sebagai Salah Satu Alternatif membudayakan NKKBS, (Rapat Konsultasi Nasional Bidang, KB, Jakarta, 23-27 Januari 1984)
39. Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan di Pesantren, (Lokakarya
Pendidikan Kependudukan di Pesantren, (Jakarta, 6-8 Januari 1983)
40. Tanggapan atas Pokok-Pokok Pikiran Pembaharuan Pendidikan Nasional, (27 Nopember 1979)
41. Peningkatan Sosial Amaliah Islam, (Pekan Orientasi Ulama Khotib, Pati, 21-23 Pebruari 1977)
42. Intifah al-Wajadain, (Risalah tidak diterbitkan)
43. Wasmah al-Sibydn ild I'tiqdd ma' da al-Rahman, (Risalah tidak diterbitkan)
44. I'dnah al-Ashhdb, 1961 (Risalah tidak diterbitkan)
45. Faid al-Hija syarah Nail al-Raja dan Nazhdm Safinah al-Naja, 1961 (Risalah tidak diterbitkan)
46. Al-Tarjamah al-Munbalijah 'an Qasiidah al-Munfarijah, (Risalah tidak diterbitkan
Referensi:
1 www.tokohindonesia.com diakses pada tanggal 1 September 2007
2 Pesantren sebagai mana orang mengetahui merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pengajaran agama Islam. Menurut Martin Van Bruinessen tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di pesantren Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa dan
Semenanjung Malaya sebagai salah satu tradisi agung (great tradition) di Indonesia. Lihat Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat : Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Bandung : Mizan, 1995, hlm. 17.
3 Pada tahun 2003 BPPN (Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional) berubah menjadi
Komnas Pendidikan.
4 Wawancara dengan Wahrodi, pembantu pengasuh Pesantren Maslakul Huda pada tanggal
30 Desember 2007.
5 Muhammad Hasyim meninggal pada ketika melawan agresi militer Belanda tahun 1949. Lihat dalam Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh : Antara Konsep dan
Implimentasi, Surabaya: Khalista, 2007, hlm. 12. lihat juga dalam http://www.pdat.co.id diakses pada tanggal 9 Desember 2007.
6 Jamal Ma’mur Asmani, op.cit, hlm. 11.
7 Syekh Ahmad al-Mutamakkin adalah seorang ulama besar sufi yang hidup di sekitar pertengahan abad ke-18, yaitu pada masa pemerintahan Pakubuwono II di zaman kerajaan Mataram. Syekh Ahmad al-Mutamakkin ini yang diakui sebagai cikal bakal dan nenek moyang orang Kajen dan sekitarnya yang dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi berdirinya pesantren yang ada sekarang ini sebagai wahana penyebaran Islam. Arief Mudatsir “Kajen Desa Pesantren”, dalam M. Dawam Rahardjo. ed., Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun Dari Bawah, Jakarta : Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1985, hlm. 198.
8 Pengasuhan KH. Sahal ini berpindah-pindah karena sejak berusia 7 tahun KH. Mahfudz
meninggal di penjara Ambarawa tahun 1944 pada saat itu memimpin santri Kajen melawan tentara Jepang bersama ayahnya (KH. Abdussalam). http://www.pdat.co.id dan dalam Jamal Ma’mur Asmani, op. cit, hlm. 12.
9 Konsep wali disini mempunyai pengertian orang yang dianggap berjasa dalam penyebaran
Islam serta mempunyai karomah dan keistimewaan tertentu yang tidak dimilki oleh orang kebanyakan. Arief Mudatsir, loc.cit.
10 Kiai Bisri Syamsuri (1886-1980) yang merasal dari Denayar Jombang ini merupakar
salah seorang yang memprakarsai berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
11 Ada salah satu peristiwa yang patut dijadikan teladan, yaitu pada suatu ketika KH. Abdullah Salam mempunyai sesuatu barang bagus yang diminta oleh anaknya, barang itu bukannya diberikan pada anaknya namun diberikan pada orang lain dan anaknya yang disuruh memberikan. Maksud dari tindakan ini adalah beliau punya pandangan kalau barang ini diberikan pada anaknya maka akan selesai begitu saja. Akan tetapi apabila diberikan pada orang lain maka anak akan mendapatkan yang lebih besar akan selalu mendapatkan pahala.
12 Wawancara dengan Wahrodi pada tanggal 30 Desember 2007.
13 Salah satu pengaruh Imam Ghazali pada pemikiran Kyai Sahal ialah Islam membutuhkan peran ulama sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Imam Ghazali harus memenuhi kaidah faqih fi mashalih al-khalq yakni memahami dengan baik segi-segi kemaslahatan masyarakat. Lihat dalam KH. MA. Sahal Mahfudz, “Re-orientasi Pemahaman Fiqh, Menyikapi Pergeseran Perilaku Masyarakat”, Makalah disampaikan dalam Diskusi Dosen Institut Hasyim Asy’ari, Jombang, 27
Desember 1994, hlm. 4.
14Ibid.
15 Lihat dalam, http://pustakamuslim.wordpress.com/ diakses tanggal 21 November 2007.
16 www.tokohindonesia.com diakses pada tanggal 1 September 2007.
17 Jamal Ma’mur Asmani, op.cit hlm, 22.
18 www.tokohindonesia.com diakses pada tanggal 1 September 2007
19 Kyai Zubair sangat terkenal dengan kemampuan balaghah, syi’ir-syi’ir dan hikayah- hikayahnya
20 Anugerah ini menurut promoter Kyai Sahal yakni Prof. Dr. Hj. Huzaimah Tahido, MA dan Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA layak diberikan karena Kyai Sahal mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pengembangan ilmu fiqh dan pengembangan pendidikan pesantren. Bahkan Kyai Sahal berani melakukan terobosan-terobosan pemikiran meskipun hal itu seringkali dilakukan dengan "mengkritik" tradisi dan komunitasnya sendiri.
21 Yang berperan dalam taman gizi ini adalah para santri putri yang tergabung dalam organisasi Hismawati (Himpunan Santri Matholi’ul Falah Puteri) yang kegiatannya meliputi penimbangan balita dan PMH, penyuluhan gizi keluarga, dana sehat dan sebagainya. Di bawah bimbingan para ustadz Hismawati kerapkali bekerjasama dengan pihak Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan BKKBN Kabupaten. Lihat dalam Arief Mudatsir, op.cit, hlm. 209.
22 Wawancara dengan Wahrodi pada tanggal 30 Desember 2007.
23http://www.tokohindonesia.com/ diakses pada tanggal 1 September 2007, http://www.figurpublik.com/cgi-bin/figur2.cgi?page=sahal diakses tanggal 9 Desember 2007, dan dalam Curriculum Vitae, Pidato ilmiah pada penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dalam bidang Pengembangan Ilmu Fiqh serta Pengembangan Pesantren dan Masyarakat pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar